Aku mengamati Riska yang masih terpejam matanya. Kulihat penunjuk waktu di pergelangan tanganku. Sudah hampir satu jam sejak kami tiba di IGD. Apakah hasil laboratorium darah sudah selesai? Aku pun membuka ponsel mencari apakah Dokter Dika sudah mengirimkan hasilnya melalu w******p. Saat kulihat belum ada pesan masuk, aku menoleh ke arah Mas Dewa. “Mas, aku ke Dokter Dika dulu, ya. Menanyakan hasil lab.” Mas Dewa membalas dengan anggukan kepala. Bergegas aku meninggalkan tiga orang itu. Jengah rasanya berada di sana. Kucari wajah Dokter Dika diantara petugas yang berada di IGD, namun tak kutemukan. Tiba-tiba terasa tepukan di bahuku. “Astaghfirullah!” “Maaf, Dok. Kaget, ya?” Wajah Dokter Dika tampak bersalah. Aku tertawa melihatnya. “Saya sedang serius mengamati IGD, mencari Dokter