BERTEMU DIZA

1084 Kata

“Wow, hebat! Semua yang Mbak Angel ucapkan tadi benar semua. Ternyata yang dikatakan orang-orang bukan isapan jempol belaka. Mbak Angel pakar tarot terbaik.” Aku tersenyum jumawa. Ya, iyalah bener. Aku kan yang bikin skenario rencana ini. Kemudian, adegan sebagai Angel dan Andre kulanjutkan lagi. Dengan gerakan yang sengaja kubuat seanggun mungkin, kuangkat tumpukkan kartu tarot dari atas meja dan mulai mengocoknya. Untung saja semasa sekolah dulu, aku biasa main kartu remi dengan teman-teman. Jadi urusan mengocok kartu tarot menjadi tampak terbiasa dan memang ahli. “Silahkan, Anda ambil tiga kartu tarot. Acak saja, sesuai dengan keinginan Anda. Lalu dalam posisi kartu tetap tertutup, Anda letakkan di atas meja.” Aku berucap dengan nada yang dibuat semisterius mungkin. Tidak sia-sia ke

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN