Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Serasa tak percaya dengan apa yang kulihat saat terbangun dari tidur. Mas Dewa, suami yang sangat kurindukan, sedang tertidur pulas di sisiku. Segera kucubit kulit lenganku. Ternyata terasa sakit. Alhamdulillah, aku tak sedang bermimpi. Hatiku kini menjadi lebih tenang. Pasti Mas Dewa memberikan kejutan dengan datang ke Pontianak secara diam-diam. Kali ini dia berhasil, karena aku sudah tak bisa berkonsentrasi dan mendapatkan penglihatan. Aku sibuk menahan rasa mual dan rasa sakit setelah muntah. Dulu saat Mas Dewa sedang mulai melakukan pendekatan padaku. Dia kerap memberikanku kejutan, sayangnya tak pernah berhasil karena aku telah mendapat penglihatan. Bahkan tentang hubungan kami yang akhirnya berlabuh di pelaminan pun telah aku ketahui sejak