“Selamat ulang tahun!” Ucapan nyaring terdengar dari arah kamar fanya, dimana wanita itu membawa kue di kedua tangannya. “Selamat ulang tahun, sayang.” Serunya lagi, menghampiri Rei yang tengah berada di meja makan. Mega menoleh ke arah lelaki yang tengah menikmati sarapan paginya. “Tiup lilinnya,” Fanya bernyanyi dengan suara yang begitu nyaring, tidak bisa dianggap merdu tapi seharusnya Rei merasa senang saat ada seseorang yang mengingat hari kelahirannya. Rei meniup lilin tanpa ekspresi, tidak ada tanda-tanda kebahagiaan di raut wajahnya. “Selamat ulang tahun, Rei. Kadonya udah aku siapin di kamar kamu.” “Terima kasih.” “Nanti kita makan malam bersama keluarga besar, harus hadir ya?” Mega berharap lelaki itu menolak, tapi saat kepalanya justru mengangguk, mengiyakan ajakan F

