“Aku tahu yang terjadi,” ucap Ruby dengan suara bergetar, memecah keheningan di dalam ruangan. Alejandro berhenti seketika di ambang pintu, pandangannya langsung tertuju pada Ruby yang duduk di tempat tidur dengan kaki berbalut gips dan wajah penuh lebam. Dia segera mendekat, matanya menelusuri setiap luka yang kini menghiasi wajah gadis itu. Tanpa memedulikan apapun selain kondisi fisik Ruby, Alejandro duduk di tepi tempat tidur dan mengulurkan tangannya untuk mengelus pipinya dengan lembut, perasaan bersalah terlihat jelas di matanya. "Ruby... Kau terluka," ucap Alejandro, suaranya terdengar penuh rasa cemas dan kesakitan. Dia mengelus luka di pipi Ruby, matanya menahan marah, kesal, dan semua emosi yang bergejolak. “Siapa yang berani melakukan ini padamu? Tidak mungkin kau jatuh begit