Cantika sudah berbaring di ranjang ruang periksa. Bagus tetap setia menemani Cantika. Cantika terlihat tenang dan santai. Mungkin karena Cantika sudah pasrah lada hidupnya. Walaupun harapan selalu ada, tapi Cantika sudah tidak mau berharap banyak untuk hal itu.
Dokter obgyn itu bernama Riana. Ia membuka kemeja Cantika di bagian bawa untuk menampilkan kulit perutnya lalu di beri jel untuk di USG. Gerakan tangan dokter Riana terus berjalan ke kiri dan ke kanan hingga ke bawah sambil membaca apa yang terlihat di monitor. Wajah doktet itu tampak tenang dan terlihat semburat senyum di sudut bibirnya yang berwarna merah.
Bagus menjadi semakin tak karuan jantungnya malah terus terpacu berdetak keras.
"Gimana dok?" tanya Cantika mulai penasaran.
Cantika tak paham membaca hasil yang muncul di layar monitor. Sama sekali tidak punya ilmu tentang itu. Begitu juga dengan Bagus yang juga tak mengerti membaca hasil USG terkecuali memang di bacakan dan di jelaskan hasilnya.
Dokter Riana melirik ke arah Cantika dan tersenyum. Senyumnya tulus seolah ada kanar bahagia bukan senyum yang di paksakan untuk membohongi publik tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Lihat ini ... Lihat baik -baik di bagian ini. Apa yang kalian lihat?" tanya dokter itu pelan sambil memperbesar layar monitor agar terlihat jelas.
"Apa itu dok? Seperti gumpalan dan bersebelahan ada tiga gumpalan? Cantika sakit apa dokter?" ucap Cantika menduga.
"Betul. Itu janin yang sekarang ada di dalam perut kamu, Cantika. Tidak hanya satu atau dua tapi ada tiga janin kembar?" ucap Dokter Riana ikut senang.
Cantika dan Bagus slaing berpandangan. Mereka bingung dan takjub mendengar kabar hamilnya Cantika dengan kembar tiga.
Antara percaya dan tidak percaya Bagus mulai ikut andil bicara karena masih penasaran.
"Dok ... Dokter yakin? Kalau Cantika hamil. Vonis itu? Kita periksa di dua dokter dan hasilnya sama," ungkap Bagus.
"Oke. Saya akan jelaskan sesuatu. Mungkin ini yang di anggap suatu keajaiban. Tapi menurut saya memang ada kaitannya. Jadi ... Ibu Cantika ini mengalami trauma besar saat kecelakaan itu terjadi dan merasa sangat kehilangan bayi yang sudah ada di kandungan. Bagian rahim pun ikut trauma dan mungkin saat itu terlihat alalt reproduksinya tidak bisa melakukan tugasnya secara normal dan wajar. Makanya dokter akan bilang tidak bisa bisa hamil. Kalau saya bilang itu hanya respon trauma dan biasanya tidak lama hanya beberapa minggu saja dan normal kembali kecuali memang secara batin, itu agak lama penyembuhannya. Tapi saya lihat, Ibu Cantika cukup cepat pulih dan stabil. Selamat atas kehamilam kembar tiganya. Ini tidak mudah kalau ibunya tidak siap. Makanya Ibunya tidak boleh cape dan stres lalu banyak makan makanan bergizi," titah Dokter Riana menasehati.
Bagus berteriak spontan mengucap syukur dan mencium pucuk kepala Cantika. Pelan ikut mengusap perut rata Cantika.
Cantika juga menitikkan air mata dan sudah luruh di pipi gembil Cantika. Pantas saja dua bulan ini Cantika merasa tubuhnya sering lapar dan tambah gembil.
"Dokter ... Ini serius? Cantika hamil?" tanya Cantika masih tak percaya.
"Iya. Mau test urine? Biar lebih yakin?" tanya dokter Riana pada Cantika.
"Mau Dok. Cantika mau test urine biar jelas dan tambah yakin. Kayaknya kalau lihat dua garis merah di test pack itu membuat yakin," ucap Cantika jujur.
"Baik kita test sekarang ya," titah dokter Riana pelan.
Cantika sudah duduk dan turun dari ranjang periksa. Kini menunghu lemeriksaan selanjutnya.