Di dalam toilet, perasaan Cantika campur aduk saat menyimpan air seni ke dalam wadah yang telah di siapkan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Satu wadah kecil itu di bawa keluar dan di berikan pada dokter Riana. Dokter Riana langsung memprosesnya di depan Cantika, agar Cantika bisa percaya bahwa dirinya memang benar -benar hamil. Vonis dari dokter lama bukan salah tapi menunjukkan keadaan dan kondisi Cantika saat itu.
Alat testpack itu mulai menunjukkan hasilnya. Tak lama satu garis horisontal berwarna merah pekat terlihat jelas. Satu garis lagi belum terlihat dan membuat Bagus serta Cantika cemas. Akan kah hasilnya sama seperti hasil USG.
Beberapa detik kemudian ...
Satu garis itu mulai menampakkan garis horisontal berwarna pink. Garisnya jelas tapi warnanya tak semerah garis yang ada di bawahnya. Tapi ... itu hasil akhir, dan memang hasilnya terbaca positif.
Cantika menutup mulutnya dnegan kedua telapak tangannya. Bagus ikut merangkul bahu Cantika yang merasa takjub atas anugerah terindah yang di berikan oleh Sang Pencipta padanya. Ini suatu keajaiban bagi Cantika.
"Mas ... Aku hamil Mas. Aku bisa hamil. Anak kita langsung banyak," ucap Cantika tersedu dan terbata. Ungkapan tasa syukur dan rasa bahagia bercampur menjadi satu.
Begitu indah hadiah dan kejutan yang di berikan oleh semesta kepadanya. Bahkan kebahagiaan itu di lipat gandakan hingga ia mengamdung tiga buah hati sekaligus. Sungguh nikmat mana yang mereka dustakan. Setelah terpuruk karena kehilangan satu bayinya mereka langsung mendapatkan tiga hadiah yang begitu sempurna.
"Iya Sayang. Kamu benar -benar hamil. Mas pun masih gemetar mendengarnya. Ini seperti mimpi. Tolong cubit tangan Mas, Sayang. Biar Mas tak kecewa bila terbangun dan mengetahui ini semua mimpi," titah Bagus pada Cantika.
Cantika tersenyum dan mengecup pipi Bagus.
"Kita tidak sedang bermimpi. Ini semua nyata dan fakta terjadi Mas. Kita harys banyak bersyukur. Kau jadi tidak sabar ingin memebritahukan betita baik ini pada Bunda," ucap Cantika senang.
"Kalian beruntung sekali. Jangan lupa untuk sering kontrol. Memiliki bayi tiga dalam satu rahim di perlukan nutrisi yang cukup untuk ketiganya agar berkembang sempurna sesuai dengan usia kandungannya," titah dokter Riana menasehati.
"Siap dokter. Ekhemmm ini usianya berapa bulan?" tanya Cantika pelan.
"Kalau menurut hasil USG. Usia kandungannya hampir memasuki sembilan minggu, berarti sudah dua bulan lebih ya," ucap Dokter Riana menjelaskan.
"Terima kasih dokter Riana. Sudah memeriksa istri saya dan kami benar -benar tak percaya dengan hasilnya," ucap Bagus yang merasa senang.
"Sama -sama. Bahagia selalu," ucap dokter Riana senang.
Keduanya pun keluar dari ruang leriksa dengan rasa bahagia luar biasa.
Skip ...
Bagus dan Cantika kembali mendatangi ruang ICU. Kebahagiaannya semakin terasa sempurna kala keduanya lembali dan mendapati Raka sudah siuman.
Bagus menemui sang dokter yang memeriksa Raka. Cantika tidak boleh masuk ke dalam ruangan ICU tanpa Bagus.
"Bagaimana keadaan Raka dokter?" tanya Bagus pada dokter Richrad.
"Virusnya sudah menyebar ke seluruh tubuh. Memang hanya menular jika ada kontak fisik secara intim melalui air mata, air liur, air seni dan keringat," ucap dokter Richard memberitahu.
"Lalu bisa di sembuhkan? Atau hanya menunggu keajaiban saja," tanya Bagus mulai cemas dengan keadaan Raka.
Raka banyak berkorban untuk dirinya. Termasuk kejadian kemarin. Raka pun siap menggantikan Bagus untuk semalaman bersama Sonya.
"Ada obatnya. Itu harus di konsumsi setiap hari dan tidak boleh terlewatkan. Terlewatkan satu hari, maka usianya pun berkurang beberapa hari. Selain itu tanpa obat itu, maka virus akan mudah menyebar di bandingkan jika Raka mengkonsumsi obat tersebut. Hanya itu yang bisa membantunya. Kalau lupa minum obat ya seperti ini? Kondisinya langsung drop dan masuk ke ICU," jelas dokter Richard panjang lebar.
Bagus mengangguk paham dengan semua penjelasan dokter Richard. Ia pun kembali menghampiri Cantika yanga da di depan ruang ICU. Langkahnya gkntai dan terlihat lemas. Wajahnya kuyu dan terlihat tak semangat.
Cantika berdiri dan berjalan menuju ke arah Bagus dan menggandrng lelaki tampan itu.
"Mas Bagus kenapa? Apa ada hal tidak mengenakkan?" tanya Cantika lembut.
"Sayang. Makan yuk? Mas lapar," ajak Bagus kepada Cantika. Tubuhnya muali terasa lemas karena belum ada asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya sebagai energi. Selain itu, Bagus harus mulai memikirkan keadaan Cantika yang hamil. Sebisa mungkin harus sering di ajak makan dan memakan makanan yang bergizi untuk menjaga tumbuh kembang tiga janin yang membutuhkan gizi baik dari ibunya.
"Gak mau nengok Raka dulu? Kasihan lho Mas? Dia sendirian. Sebenarnya ada apa? Kalau Cantika boleh tahu?" tanya Cantika pelan.
"Kita makan dulu. Mas harus pastikan kamu dan tiga anak kita makan dan tidak kelaparan. Baru Mas akan mengurus Raka. Kamu tidak boleh bertemu Raka. Kamu sedang hamil. Ada larangan untuk masuk ke ruang ICU juga," ucap Bagus memberitahu.
Cantika pun mengangguk pasrah. Bagus pasti akan lebih posesif dan cerewet di saat Cantika mengandung seperti saat itu. Banyak larangan dan harus makan makanan yang menurut Bagus sehat dan bergizi.