Bagus mengajak Cantika makan siang di salah satu kedai makanan yang ada di dekat rumah sakit.
Cantika sibuk memilih makanan yang ternyata hampir semuanya ia suka. Cantika menulis beberapa makanan berat, cemilan dan makanan penutup betupa puding dan es krim.
"Jangan kebanyakan es krim. Makan buah dan sayur sayang. Ingat ada tiga janin yang harus kamu jaga dan kamu rawat," titah Bagus tegas.
"Iya Mas. Ini ada salad buah dan salad sayur," ucap Cantika lembut menunjukkan apa saja yang ia pesan.
Siang ini, hari terasa terik dan panas menyengat kulit.
Cantika masih asyik menikmati semua pesanan makanan yang sudah ada di meja pesanannya. Bagus sesekali melihat kerakusan ibu hamil yang terlihat enak menikmati setiap suapan ke dalam mulutnya. Beberapa piring berisi makanan berat berupa ansi dan ayam fillet serta kentang goreng sudah habis sejak awal. Kini, Cantika mulai memotong steak sapinya dan menyuap potongan kecil ke dalam mulutnya.
Sejak tadi Bagus hanya menatap Cantika.
"Enak sayang?" tanya Bagus senang melihat istrinya yang b*******h kembali. Semangat hidupnya mulai tumbuh apalagi setelah di beritahu ia sedang mengandung tiga janin yang tengaj berusia sembilan minggu.
Rasanya semakin lengkap dan sempurna setelah hasil positif itu jelas terlihat di testpack.
"Enak banget. Tapi ngantuk Mas," cicit Cantika menyelesaikan semua makanannya hingga habis tak bersisa. Kini ia menghabiskan es krim sebagai makanan penutup.
"Mau tidur? Mau pulang ke apartemen? Itu lebih baik. Kamu harus banyak istirahat," ucap Bagus pelan.
"Boleh? Gak apa -apa? Kalau Cantika gak ke rumah sakit jenguk Raka?" tanya Cantika pelan.
"Gak apa -apa, Sayang. Santai saja. Nanti Mas salamkan saja doa terbaik untuk Raka," ucap Bagus pelan.
"Baiklah. Terima kasih," jawab Cantika.
Skip ...
Cantika sudah berada dinaparyemen untuk beristirahat setelah perutnya terasa kenyang. Bagus tidak lupa membelikan beberapa makanan ringan dan s**u untuk Cantika.
Bagus kembali lagi ke rumah sakit untuk menemui Raka. Jujur, ia merasa bersalah dan sangat berdosa sekali.
Ceklek ...
Bagus masuk ke dalam ruang ICU. Kondisi Raka belum stabil. Tapi Raka sudah siuman. Langkah Bagus begitu pelan menuju brankar yang di pakai oleh Raka.
Tubuh Raka masih tergolek lemah di atas brankar itu. Kedua matanua menutup tapi jelas dadanya masih tersengal menghirup napas dalam dan menghembuskannya pelan.
"Raka ...." panggil Bagus pelan saat sudah berdiri tepat di samping brankar Raka.
"Hemmm ... " jawab Raka dengan berdehem.
Kedua mata Raka perlahan di buka lalu menatap Bagus.
"Gus ... Cantika mana?" tanya Raka pelan.
"Cantika di apartemen Raka. Dia lelah. Cantika hamil. Dia mengandung tiga anak kembar sekaligus," ucap Bagus sendu. Kedua matanya makin basah.
Raka tersenyum kecut. Ia bahagia mendengar wanita kesayangannya tengah menagndungbdan bahagia bersama suaminya tak lain Bagus, sahabatnaya sendiri. Tapi ... ia juga benci pada dirinya saat ini. Kondisinya yerjadj karena pengornbanan yang tanpa pamrih.
"Loe hebat Gus. Ini hadiah terindah buat loe, kan," ucap Raka semakin sendu.
Air matanya sudah kering di kelopak mata Raka. Sudah tak bisa ia menangis lagi.
"Tapi gue tetep salah. Seharusnya gue yang menagalmi ini. Cantika akan tetap hamil anak gue, walaupun gue mati," ungkap Bagus menyesali kebodohannya. Melempar masalahnya pada Raka.
"Sudahlah. Waktu itu semua adalah keinginan gue. Karena gue merasa harus melupakan cinta pertama gue lewat Sonya. Gadia itu memang sangat mirip dengan Cantika, walaupun ada sedikit perbedaan," ucap Raka terbata.
"Tapi Ka ...." ucapan Bagus langsung di sela oleh Raka.
"Gue pengen loe bahagia sama Cantika. Loe cinta sama Cantika. Begitu juga Cantika yang cinta mati sama loe. Loe harus jaga dia. Jaga kandungannya sampai ketiga anak loe lahir. Gue gak sabat lihat Bagus dan Cantika junior," ucap Raka bahagia.
"Ka ... Loe harys kuat. Loe harus bertahan. Ada obat yang harus loe konsumsi setiap hari agar loe bisa bertahan hidup," ucap Bagus pelan.
"Apa masih ada kesempatan hidup buat gue? Lalu? Bagaimana dengan orang yang tahu dengan keadaan gue sebenarnya? Mereka akan menjauhi gue. Kayak Cantika ... Gue yakin, loe gak bolehin dia betada di sini. Gue cukup tahu diri untuk tetap membatasi komunikasi dan kontak fisik sama loe," ucap Raka menjelaskan.
"Gue. Gue gak pergi kan dati loe? Gue tetap sama loe. Kita sahabat Raka," ucap Bagus pelan.
"Gus ... Tolong cari Sonya. Ada anak gue di sana. Kalau anak gue gak positif HIV, tolkng urus anak gue, sebagaimana loe sayang sama anak -anak loe yang lain nantinya. Gue mau lihat anak gue dati kejauhan tanpa harus tahu siapa ayah kandungnya. Gue mohon sama loe," ucap Raka pelan.
Bagus menitikkan air matanya luruh dan deras.
"Gue mau Ka. Gue pasti akan cari Sonya dan gue akan minta anak itu untuk gue urus. Gue janji. Tapi loe juga harus janji untuk bertahan hidup demi anak loe," ucap Bagus pada Raka.
Raka hanya menganguk kecil. Ia sendiri tidak tahu umurnya masih panjang atau tidak.