10

592 Kata
"Pikirkan baik -baik ide gilamu itu, Sayang. Mas hanya tidak ingin kamu menyesali semuanya di akhir kejadian nanti," ucap Bagus pelan menasehati sambil memeluk Cantika dalam dekapannya. Bagus hanya tidak ingin ini terjadi. Harapannya, Cantika mau menyudahi rwncana gilanya ini. "Aku sudah bayar mahal untuk ini, Mas," ucap Cantika pelan. "Sudahlah. Apa arti uang bila di bandingkan kekuatan cinta kita, Tika. Kamu tahu kan perjuangan Mas mendapatkan kamu itu gak mudah," ucap Bagus berusaha mengingatkan Cantika. Bagus hanya ingin Cantika sadar apa yang Cantika lakyka adalah sebuah kesalahan yang mengakibatkan masalah besar nantinya. Cantika hanya diam. Itu kan pemikiran Bagus. Ia kalau Cantika memang bisa hamil lagi. Kalau ternyata tidak? Apakah Cantika bisa bertahan berada di keluarga besar Bagus? Tentu ia akan di sindir terus menerus. "Mana ini pewaris tunggalnya belum juga lahir," "Wah Jeng Ayu rugi bandar kalau begini. Belum ada buntut," "Owalah ... Coba di cek, bisa -bisa perempuannya mandul. Kasihan kan lelakinya," Yah, seperti itu sindiran nyelekit mereka. Mau tidak di dengar tapi suaranya jelas sekali di gendang telinga Cantika. Aklau ikut nimbrung kok rasanya hati gak kuat, yang ada ujung -ujungnya kedua mata Cantika yang basah duluan. "Gimana? Batal kan? Kamu mau kan membatalkan perjanjian ini dan kita akan bahagia selamanya Cantika," ucap Bagus lembut. Sesekali Bagus mencium bibir Cantika dan menggigit gemas membuat Cantika ikut membalas gigitan Bagus di bibir lelaki gagah itu. Cantika hanya mengulum senyum dan memulai aksinya kembali sebelum akhirnya ia harus melepaskan Bagus untuk di nikmati tubuhnya oleh wanita lain karena keinginannya cepat menginginkan memiliki anak dari keturunan Bagus walaupun bukan dari rahimnya. Setidaknya Cantika harus bisa menjaga marwah Bagus, suaminya agar tidak malu di depan orang banyak dan di keluarga besarnya. "Kamu kenapa gak menjawab pertanyaanku, Cantika? Apa kamu susah untuk mengambil keputusan pembatalan kontrak itu. Apa kamu rela?" tanya Bagus terus menghujam Cantika dengan pertanyaan yang membuat Cantika terus merasa bersalah karena keputusan ini. Cantika melepaskam pelukan Bagus. Ia mulai menurunkan kedua kakinya. Bagus menarik tubuh Cantika agar terus dalam dekapannya. "Kamu mau kemana?" tanya Bagus pelan. "Mas ... Tolong jangan bahas masalah itu lagi. Jangan buat Cantika selalu terus merasa bersalah. Ini keputusan Cantika. Hanya satu malam saja. Tidak ada malam.-malam lain lagi. Aku janji, hanya malam ini saja. Aku sudah persiapkan semuanya," ucap Cantika pelan. "Apa?! Nanti malam? Hah? Cepat sekali," ucap Bagus semakin gusar. "Lebih cepat lebih baik Mas," jelas Cantika. "Seyakin itu kamu pada Sonya dan dia berhasil langsung hamil?" tanya Bagus pada Cantika. Bagi Bagus ini tak wajar dan tak masuk akal. Apakah bisa hanya dengan sekali melakukan langsung hamil. "Aku sudah cek up kesehatan Sonya. Dan cek kesuburan Sonya memang ada di beberapa hari ini. Nanti di dunkung dengan obat pentubur yang di minum Sonya beberapa hari ini. Inj sudah menajdi kesepakatan kami berdua," ucap Cantika. "Lalu kalau gagal? Apa kamu akan menjadikan aku tumbal lagi dengan wanita lain lagi?" tanya Bagus mulai meninggi nada suaranya. Bagus agak emosi. Cantika diam. Itu yang selama ini tidak ia pikirkan. Bagaimana kalau ini gagal. "Hanya sekali ini. Kalau gagal ya sudah. Anggap saja sedekah," ucap Cantika melemah. Terdengar suara Bagus mendengus kesal. Bibirnya berdecih. Hatinya masih kacau dan belum bisa.menerima semua ini dengan baik. Bagus sama sekali tidak ikhlas. "Arghhh ... Sudahlah. Mandi yuk Mas. Habis ini aku buatkan jamu biar badan kamu tetap fit," ucap Cantika pelan. Bagus sudah tak semangat. Ia memikirkan saat nanti malam terjadi. "Mas ... Kok bengong. Yuk mandi," ucap Cantika terus mengajak Bagus untuk mandi bersama. Bagus hanya mengangguk pelan dan mengikuti Cantika masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi bersama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN