14

1009 Kata
Bagus menatap Tika yang nampak senang dan bahagia. Wajahnya yang cantik terlihat berbinar dan sangat riang. Wajah lelah setelah beberapa jam berada di atas pesawat dengan tubuh lemas karena terus menerus merasa mual dan beberapa kali harus memuntahkan isi perutnya. "Selamat ulang tahun Mas Bagus," ucap Cantika sambil berjalan menghampiri Bagus dan memeluk lelaki tampan yang sudah beberapa tahun ini menjadi suaminya. Cantika menciumi pipi dan seluruh wajah Bagus hingga bibir tebal lelaki tampan itu dengan penuh cinta. Cantika benar benar bahagia bisa memiliki Bagus seutuhnya. Perjalanan cintanya yang tak mudah pun berhasil mereka jalani hingga mereka bisa menikah dan kini menunggu datangnya buah hati walaupun bukan lagi dari rahimnya. Tangan Bagus mengulur dan mengusap lembut wajah Cantika yang cantik dan ayu itu. Senyum Bagus terlihat bahagia dan sudut bibirnya makin melebar. "Kamu mengingatnya sayang?" tanya Bagus pelan. "Apapun tentang kamu selalu aku ingat Mas ... Tapi ...." ucapan Cantika sedikit terhenti. Tatapannya semakin lekat dan sendu pada dua bola mata hitam yang indah milik Bagus. Bagus menatap ragu penuh tanya dengan rasa lenasaran yang membuncah. "Tapi apa? Kok ada tapinya?" tanya Bagus pada Cantika. "Ekhemmm ... Aku tidak bisa memberikan hadiah untukmu, Sayang. Aku tak sempat membeli sesuatu yang kami inginkan," cicit Cantika dengan suara manjanya. "Mas tak pernah meminta apapun dari kamu, sejak dulu. Mas hanya minta kamu tetap bersama Mas, mendampingi Mas dan selalu sayang dan cinta sama Mas. Itu saja," ucap Bagus lembut dan membalas ciyman di pipi Cantika. "Cantika akan selalu menemani Mas Bagus. Selalu bersama dalam suka dan duka. Cantika hanya ingin cepat punya keturunan itu saja. Walaupun cara Cantika itu salah. Semoga Mas mau memaafkan Cantika," cicit Cantika lembut. Ia sangat merasa bersalah dengan kejadian kemarin. "Jika sudah terjadi. Jangan pernah kamu sesali. Makanya Mas selalu tanya sama kamu. Kamu yakin? Kamu serius dengan keputusan kamu? Kamu harus terima semua resiko itu. Resiko kalau gadis itu mengejar Mas dan ia mencintai Mas. Resiko kalau ternyata kamu di bodohi oleh Sonya, ia hanya ingin menguras hartamu dengan dalih anak yang ia kandung daro benih Mas. Belum lagi kalau misalnya ia terkena penyakit HIV, jelas Mas tertular dan anak yang ia kandung pun akan tertular. Lalu? Kamu bisa apa?" tanya Bagus mencoba membuka pikiran Cantika agar Cantika tidak gegabah mengambil keputusannya dengan cepat. Cantika mengerjapkan kedua matanya. Arghh ... kenapa ia tak berpikir samapi sejauh itu. Ia hanya memikirkan hatinya dan ketakutannya di cerca dan di hina oleh banyak orang tentang kekurangannya saat ini. "Mas ... Kamu jangan menakutiku," ucap Cantika lirih. Ia bingung luar biasa. Kalau saja apa yang di ucapkan oleh Bagus iti benar adanya. Lalu bagaimana? "Mas gak menakutimu sayang. Mas hanya memberi tahu kamu, mengingatkan kamu dan menasehati kamu sedikit saja. Agar kamu lebih berpikir jernih dan bukan semata -mata untuk mencari pembenaran untuk diri kamu sendiri. Bisa saja hasil lab kamu waktu itu adalah salah. Semua bisa saja terjadi. Jangan mudah percaya dengan orang baru," titah Bagus pada Cantika. Bagus hanya tidak ingin Cantika bertindak lebih bodoh dari ini. Tiba -tiba saja Cantika merasa mual lagi dan ingin memuntahkan seluruh isi perutnya. Cantika berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan semua rasa enegnya yang terus mendesak di area ulu hati. Hoek ... hoek ... Cantika berpegangan pada dinding kamar mandi. Ia tak hanya mual dan ingin muntah tapi juga kepalanya pening sekali. "Kamu kenapa, Sayang? Wajahmu pucat sekali?" tanya Bagus yang mulai panik. Baru saja Cantika terlihat baik -baik saja dan ceria. Dalam sekejap ia langsung pucat dan terlihat lemas. "Aku gak tahu Mas. Seminggu ini aku mual saja. Rasanya pusing sekali. Tolong bawa Cantika ke kasur, Mas," pinta Cantika pelan sambil mencari tubuh kekar Bagus untuk membawanya masuk kembali ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Bagus langsung membopong Cantika ke dalam kamar dan menidurkan Cantikan lalu menyelimutinya hingga ke bagian d**a. Bagus duduk di tepi ranjang dan mengusap pelan rambut Cantika yang panjang. "Masuk angin? Kecapekan kali? Besok periksa ya? Sekalian Raka juga mau ketemu dokter untuk konsultasi dan pengobatan," titah Bagus pada istrinya. "Iya Mas. Besok Cantika periksa. Rasanya gak enak, mual terus," ucap Cantika mengeluh. "Iya. Pagi -pagi kita berangkat ke rumah sakit. Sekarang kamu istirahat," cicit Bagus pada istrinya. "Ekhemm ... Mas ... Raka sakit apa? Kok kayaknya serius banget? Sampai harus berobat ke luar negeri," tanya Cantika penasaran. "Mas juga belum tahu pasti. Nanti juga kamh akan tahu," ucap Bagus pelan. Ia berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi pada Raka. "Mas ... Ambilkan kue di kulkas. Tadi Cantika pesan lewat OB apartemen. Kita makan bareng dan tiup lilin bersama sekarang. Ini hari bahagiamu," ucap Cantika pada Bagus. "Ekhemmm ... Sudah pandai kasih surprise ya?" ucap Bagus pelan. Bagus ke kulkas untuk mengambil kue tart yang sudah di persiapkan oleh Cantika untuk dirinya. Hepi besdei to you ... hepi besdei to you ... Cantika terus bersenandung bahagia dan ia sudah duduk bersandar pada sandaran ranjang yanh di lapisi oleh beberapa tumpukan bantal. "Tiup lilinnya Mas. Make a wish," titah Cantika lembut. Hufttt ... Api di atas lilin sudah mati dan Cantika mencium pipi Bagus. "Mas hanya ingin kamu, Cantika. Kamu dan kamu saja selamanya," cicit Bagus begitu memuja Cantika. Hati Bagus sudah mentok dan taknbisa berpindah ke lain hati. Hanya Cantika yang mampu meluluhkan kerasnya hati Bagus dan mampu membuat Bagus tak bisa hidup tanpa Cantika. Di mata Bagus, Cantika adalah segalanya. Wanita terhebat sekaligus anugerah terindah yang di berikan oleh Tuhan padanya. Cantika memotinh kue tart itu lalu menyuapkan pada mulut Bagus dan begitu sebaliknya. "I love u, Sayangnya Mas," ucap Bagus bahagia. "I love u too, Kesayangannya Cantika," cicit Cantika lembut. Mereka berpelukan kembali. Hanya semesta yang tahu betapa bahagianya dua insan yang saling memuja itu. Kehangatan dan keromantisan yang berujung pada kemesraan dan pertautan hubungan yang lebih dari itu. Suasana malam yang makin membuat keduanya di mabuk asmara seolah melupakan rasa yang sedang di rasa tadi. "Ehemmm ... Mas ...." Cantika terus menggeliat kenikmatan. "Heummm .... Tika ...." Bagus terus memberikan yang terbaik untuk istrinya. Keringat yang tengah bercucuran menjadi bukti semua cinta kasih dan sayang yang begitu sempurna.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN