17

645 Kata
Pagi ini, Bagus dan Cantika sudah bersiap menunggu Raka di lobby. Sudah setengah jam lamanya dari waktu yang sudah di tentukan, tapi Raka tak kunjung turun dari lantai atas. Berulang kali Bagus menatap jam tangan yang ada petgelangan tangannya. Bagus mulai panik dan cemas. "Kok belum turun sih, Rakanya?" ucap Bagus pelan pada dirinya sendiri. Cantika sibuk dengan ponselnya. Ia ingin bertemu dengan beverapa temannya yang juga ada di negara ini. Cantika melirik ke arah Bagus yang mulai resah karena hari sudah makin siang untuk ke rumah sakit. "Coba di telepon dong Mas," titah Cantika. "Sudah sayang. Tapi kok gak di angkat. Chat Mas juga belum di baca. Kamu tunggu di sini ya? Biar Mas ke atas," titah Bagus pelan "Baiklah. Cantika tunggu di sini," jawab Cantika pelan. Bagus segera naik ke lantai atas dengan menggunakan lift. Lalu bergegas lari ke arah kamar Raka. Padahal tadi saat akan turun ke lobby, Bagus melewati kamar Raka tapi memang sengaja tak mengetuk dan menghampiri sahabatnya itu dengan alasan biar di tunggu di lobby bawah. Tok ... tok ... tok ... "Raka!! Raka!! Buka Raka!! Raka!! Buka Raka!! Jangan buat aku khawatir!! Raka!!" teriak Bagus dengan suara keras dan lantang sambil mengetuk pintu kamar itu kencang. Bagus makin resah dan panik. Ia mengacak rambutnya acak dan terus mengusap wajahnya dengan kasar. Kebetulan ada OB yang lewat dan Bagus meminta tolong untuk mendobrak pintu kamar itu karena kunci serep yang ia legang terbawa juga oleh Raka tadi malam. Brak!! Dua lelaki kuat itu langsung menendang pintu kamar Raka dengan satu kaki dan langsung terbuka lebar. Bagus melihat Raka sudah tergeletak di lantai. Lalu langsung di bawa ke rumah sakit. Tidak tahu awal kejadiannya seperti apa? Tapi saat ini jelas Bagus melihat Raka sudah tergelatak tak.berdaya di lantai. Skip ... Sonya memituskan untuk menghampiri Cantika di sebuah negara dimana Vantika berada. Berbekal obat yang harus ia konsumsi setiap hari. Sonya berharap bisa bertemu dengan Cantika sebelum kematian merenggut nyawanya. Sonya sudah menunggu di Bandara untuk pemberangkatan pesawatnya. Ia berjalan menuju lantai atas saat pemberi info sudah menginfokan pemberangkatan pesawat Sonya akan akan berangkat tidak lama lagi. Sonya ingin menikmati sisa hidupnya dengan berbelanja dan makan makanan.yang enak serta berjalan -jalan ke luar negeri. Andaikan penyakit itu ia ketahui sebelumnya mungkin ia yidak akan seperti ini. Merasa bersalah terus menerus. Sonya duduk di bangku pesawat dan mengusap perutnya yang masih rata. Tapi jelas, ia sudah mengandung anak lelaki yang menitipkan benih di rahimnya malam itu. Sebenarnya, permainan lelkai itu begitu lembut dan memukau seilah ia begitu mencintai Sonya hingga Sonya ikut terhanyut dalam permainan panasnya dan mereka menghabiskan malam itu hingga pagi hari dengan kedua mata Sonya yanh di tutup. Lelaki itu tak bicara sepatah kata pun. Hanya tindakan saja dan tangan yanh tak bisa berhenti terus bergerak memainkan jari -jarinya di bibir Sonya. Aroma wangi lelaki yang sangat enak dan membuat Sonya sedikit jatuh hati. Setiap hari ia selalu mencium wangi itu di beberapa sudut ruangan rumah sederhana di desa yang penuh dengan kenangan. Sinya tidak akan pernha melupakan lelakj beristri itu. Lelaki yang membuatnya tak bisa tidur nyenyak dan ingin mengulangnya kembali. Tapi ... semua itu tak mungkin terjadi. Lelaki itu ada pemiliknya dan Sonya sudah mendekati ajal. Tapi ... lelaki itu tentu juga akan seper dirinya. Memiliki lenyakit yang sama. Tentu ia akan mati juga. Lalu? Cantika? Wanita itu juga akan mati perlahan dan pada akhirnya tidak akan ada keturunan di sana. Itu semua karena ulah Sonya. Sonya menatap ke arah luar jendela pesawat. Awna hitam tiba -yiba menyelimuti dan pesawat mulai bergetar. Beberapa orang di dalam mulai terlihat panik dan sesekali berteriak namun tidak histeris. Lama -lama kecemasan dan kepanikan menjadi keresahan dan berakhir pada teriakan keras semua penumpang di ikuti suara keras dentuman seperti bom atum dan seketika api menjalar di seluruh badan pesawat. Suara para penumpang riuh dan ricuh mencari arah keluar untuk penyelamatan diri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN