Bagus dan Cantika sudah berada di rumah sakit. Raka langsunh di bawa ke ruang ICU. Bagus sudah pamik dan berjalan di depan ruangan ICU itu. Sejak tadi Bagus cuma diam dan menatap Raka dengan iba.
Cantika sendiri cuma diam dan menatap Bagus dengan tatapan bingung serta penasaran. Ada hal yang di sembunyikan di sini. Tidak ada kejujuran dan keterbukaan.
Cantika bangkit berdiri dan berjalan ke arah Bagus. Cantika memeluk tubuh Bagus dengan erat. Lalu berjinjit menyesuaikan tinggi Bagus dan berbisik pelan.
"Sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi? Sepertinya persahabatan kalian tak hanya kental dan akrab tapi bisa menyimpan rahasia besar di balik aku?" tanya Cantika menuduh.
Cantika hanya menduga dan sama sekali tak mengetahui kebenarannya.
Sontak ucapan sekaligus pertanyaan Cantika membuat Bagus melongo. Kenapa feeling seorang istri selalu tepat. Apa yang harus Nagus lakukan saat ini? Bicara jujur apa adanya dan menjelaskan semuanya atau Bagus menunggu Raka siuman dan stabil kembali dan siap menjelaskan sebuah kejujuran.
Bagus berusaha tenang dan menormalkan kembali degub jantungnya yang sempat terpacu dan berdetak keras. Tangannya menyentuh pipi gembil Cantika yang membuatnya selalu gemas dan ingin menggigit kecil di bagian yang paling empuk itu.
"Kejujuran dalam hubungan kita selalu di kedepankan, bukan? Apa kami masih ragu dengan Mas?" tanya Bagus malah membuat suasanaa menjadi ambigu.
Pertanyaan Cantika malah di lemparkan kembali menjadi sebuah pertanyaan yang membuat Cantika tak lagi bisa memperdebatkan.
"Arghhh ... Aku selalu kalah kalau berdebat. Kamu memang pandai berkilah, Mas," ucap Cantika mulai kesal dan mengerucutkan bibirnya sebagai tanda ia kecewa.
"Cantika ... Aku tak pernah bosan mengungkap rasa cinta dan rasa sayang untuk kamu setiap hari bahkan setiap detik, kalau aku mampu katakan itiupasti aku akan katakan. Jadi untuk apa aku megkhianati kamu? Apalagi harus tak jujur pada dirimu. Ibarat kata, pakaian dalam Mas saja kamu yang mencuci dan membelikan yang baru kalau rusak. Lalu? Apa kamu masih anggap Mas tidak jujur dan tidak terbuka? Begitu?" tanya Bagus pelan.
Cantika menggelengkan kepalanya pelan. Kepalanya mulai menyender manja do lengan kekar Bagus dengan tangan uang saling menggenggam erat.
Bagus memiringkan kepalanya sedikit dan mencium pucuk kepala itu dengan penuh kasih sayang. Dalam hatinya berkata, "Maafkan Mas, Cantika. Bukan bermaksud untuk tidak jujur dan tidak terbuka. Tapi, Mas tidak ingin membuat kamu semakin terpuruk jatuh. Cukup Mas yang harus memikirkan semuanya akibat permjntaan gilamu kemarin."
Skip ...
Hujan mengguyur daerah hutan belantara dimana pesawat yang di naiki oleh sonya terjatuh dan terbakar di seluruh nadan pesawat. Beberapa penumpang berhasil.menyelamatkan diri dari badan lesawat yang rusak dan terbuka sebelum akhirnya pesawat itu meledak hebat.
Dari tiga ratus orang yang ada di dalam pesawat, hanya tiga puluh orang saja yang mampu menyelamatkan diri dengan paksa. Luka goresan dan darah mengucur dari beberapa kulit yang menganga.
Hujan lebat membersihkan tubuh mereka. Beberapa orang kembali ke pesawat untuk mencari beberapa makanan, minuman, obat -obatan, pakaian dan selimut serta pinsel jika masih ada yang bisa di gunakan.
Sonya menjauh dari semua orang. Darahnay masih mengucur deras. Unting saja tas kecil berisi obat iru masih menempel pada bahunya. Stoknya pun cukup banyak. Ia membeli untuk tiga bula ke depan.
"Kamu kenapa? Kami tak boleh menyentuh luka kamu? Aku seorang dokter," ucap lelaki tampan dengan suara lembut.
"Stop!! Jangan. Aku pengidap virus HIV. Tolong kangan jauhi saya. Tapi saya akan berjarak pada kalian. Saya lagi hamil jalan dua bulan. Tolong selamatkan bayi saya," ucap Sonya terus menangis.
Niat baiknya untuk menemui Cantika juga harus ada proses dan tidak semudah seperti apa yang di bayangkan. Tubuhnya menghigil dingin.
"Coba hujani dirimu. Agar lukamu bersih lalu ganti pakaianamu. Aku akan mengobatimu menggunakan ini," ucap doktet muda itu menunjukkan sarung tangan.
Sonya tersenyum dan mengangguk senang. Setidaknya dengan mandi di bawah guyuran air hujan, tubujnya jadi bersih walaupun kedinginan.
Mereka berhasil menemukan sebuah gua yang jaraknya tidak jauh dari pesawat itu jatuh.
Rencananya hari ini mereka akan istirahat sambil mengumpulkan tenaga dan menghilangkan rasa trauma dengan kejadian kecelakaan pesawat terdahsyat itu.
Sonya sudah mandi dan sudah mengganti pakaiannya dan kini menyelimuti tubuhnya dengan sarung tipis yang di temukan di sebuah koper besar tadi.
Dokter muda itu mulai mengobati dan bertanya soal pemyakit yang di idap oleh Sonya.