“Aku sangat menyukaimu. Tolong jangan lihat cowok lain. Aku nggak akan tahan, walau hanya memikirkannya...” ─Rain─ *** Aku buru-buru menyeka mulut dengan tisu pemberian Dhea, kemudian bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Dalam hal ekspresi datar, aku jagonya. Rain duduk di sebelahku, agak terkejut melihat makanan di meja hampir lenyap semua. “Udah kamu makan?” tanyanya, dengan senyum tulus di wajahnya. “Baguslah.” “Dhea yang makan,” ujarku. Dhea yang namanya kusebut, langsung berwajah bodoh. Aku menendang kakinya di bawah meja, tapi Dhea justru melihat Adit. Rain yang malah agak meringis. Sebentar, apa aku menendang kaki Rain? Rain melirikku, tersenyum jahil. Sebelum dia bicara sesuatu, Dhea di seberang berkata dengan gugup, “I-itu D yang makan. D sangat lapar.” Rain tidak