32. Ancaman

1271 Kata

“Aku ingin di dekat kamu.”   ***   Protagonis macam apa Adit itu! Ngomongin Adit, aku masih merasa malu gara-gara sendawa tadi. Bagaimana aku menghadapinya nanti? Ouh, sial! “Mau Mbak bantuin kemasnya, Non?” Aku mengenyahkan lamunan perihal bantal, menatap Mbak Ratna yang merupakan tukang masak di rumah. Menggeleng, aku berkata, “Nggak apa-apa, Mbak, saya aja.” Usai mengemas bekal untuk makan malam, aku keluar, lalu menyeberang ke rumah Adit. “Eh, Bintang? Cari Adit, ya?” Aku menoleh ke kiri, tidak jadi mengetuk pintu rumah Adit. Terlihat sosok wanita usia awal 40-an yang cantik, mirip keturunan Jepang. Ini mama Adit. Sepertinya alasan lain Adit menjadi seorang Wibu karena mamanya ada darah Jepang-nya. “Iya, Bu,” jawabku. Mama Adit menepuk bahuku. “Masih aja kaku padahal uda

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN