“Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya Layla pada Elena yang terlihat kebingungan.
“Saya mau bertemu Mr. Lewis” Jawab Elena.
“Maaf, tapi apa Anda sudah membuat janji dengan beliau?” Tanya Layla.
“Saya datang mewakili Amber Juliza yang sebelumnya sudah bertemu dengan Mr. Lewis” Jawab Elena.
“Ah, Miss Juliza. Kalau begitu silakan ikut saya, Miss” Ucap Layla kemudian menuntun Elena menuju ruangan Christoff.
Bertepatan dengan mereka yang hampir sampai di ruangan Christoff, Chandra keluar dari ruangan pria itu membuat Elena bergeming di tempatnya. Bagaimana tidak? Ia baru saja melihat pria tampan dan seksi yang ia lihat malam itu di club. Hingga ia tak menyadari Layla yang memanggilnya sedari tadi.
“Miss” Panggil Layla untuk kesekian kalinya sembari sedikit menggoyang bahu Elena hingga wanita itu tersadar.
“Ah, ya. Maaf. Tapi kalau boleh tahu, siapa pria tadi?” Tanya Elena pada Layla.
“Beliau Mr. Chandra Wijaya, direktur operasional” Jawab Layla. “Silakan ikut saya, Miss” Ajaknya.
“Ah, iya” Ucap Elena kemudian mengikuti Layla memasuki ruangan Christoff.
Saat ia masuk ke ruangan Christoff, Elena dapat melihat dengan jelas ekspresi kecewa dari pria itu meski hanya sekilas. Christoff pun menghampiri Elena setelah Layla keluar.
“Christoff Lewis” Ucap Christoff sembari mengulurkan tangannya pada Elena.
“Elena Ann” Ujar Elena sembari membalas uluran tangan Christoff.
“Ada yang bisa saya bantu, Miss?” Tanya Christoff.
“Ah, sepertinya dia tidak memberitahu Anda, ya. Saya datang ke sini menggantikan Amber Juliza. Hari ini dia memiliki rapat mendadak jadi tidak bisa datang” Jelas Elena.
“Ah, Miss Juliza. Baiklah. Silakan duduk” Ucap Christoff sembari menyembunyikan kekecewaannya.
Elena pun duduk di kursi sesuai arahan Christoff sementara pria itu berjalan menuju mejanya untuk mengambil sketsa rumah yang telah ia kerjakan lalu memperlihatkannya pada Elena.
“Saya telah membuat sketsa bangunannya. Bagaimana menurut Anda?” Tanya Christoff.
Elena mengamati sketsa tersebut dengan baik. Jangan salah, meski Elena senang bermain di club tapi ia sempat berkuliah di jurusan arsitektur. Hanya saja dia malas bekerja karena semua keinginannya bisa tercapai melalui kekayaan orang tuanya. Walau ia sadar kalau ia tak boleh terus bergantung pada orang tuanya, tapi ia masih ingin menikmati kebebasannya saat ini meski umurnya sudah tak muda lagi untuk itu. Tapi ya, beginilah hidupnya karena ia telah dimanjakan oleh harta sejak kecil. Orang tuanya pun tak mempermasalahkan hal itu.
Tak lama kemudian, Elena mengangguk-anggukan kepalanya setelah ia selesai mengamati sketsa Christoff dengan memperhitungkan segalanya.
“Bagus. Tapi bisakah Anda menambah balkon di sekeliling lantai dua?” Tanya Elena.
“Bisa. Tapi apa Miss Juliza jug...”
“Tenang saja. Saya sudah mendapat wewenang dari Amber untuk melakukan apa yang menurut saya bagus” Potong Elena.
“Baiklah” Ucap Christoff lalu menulis sesuatu di dalam buku catatannya. “Apa ada lagi yang ingin Anda tambahkan?” Tanyanya.
“Selebihnya saya rasa sudah cukup. Anda dapat menambahkan apapun jika menurut Anda itu dibutuhkan” Ujar Elena. “Untuk biaya keseluruhannya, tolong Anda sesuaikan saja karena Amber akan menerima berapa pun itu. Dan Amber juga mengatakan bahwa tolong kabari dia kalau kontraknya telah jadi karena dia akan segera datang ke sini untuk menandatangani kontraknya. Satu lagi, dia juga meminta sketsa ini di kirimkan ke e-mail-nya” Tambahnya.
“Baiklah” Ucap Christoff sembari menutup buku catatannya. “Tapi kalau boleh tahu, apa rumah ini untuk hadiah anniversary Miss Juliza?” Tanyanya membuat Elena menatap Christoff sejenak kemudian tersenyum.
“Iya, ini adalah anniversary keduanya bersama suaminya. Saat anniversary yang pertama, suami Amber memberinya hadiah pesawat jet sementara dia tidak memberikan apapun. Jadi kali ini dia juga ingin memberikan hadiah yang spesial untuk suaminya” Jelas Elena membuat Christoff sangat terkejut. Ia tak percaya wanita yang menjadi one night stand-nya benar-benar sudah menikah.
-------
“Aduh, astaga. Perutku sakit” Ucap Elena disela tawanya setelah memberitahu tentang pertemuannya dengan Christoff tadi siang.
“Dasar kau! Suka sekali mengerjai orang” Ujar Amber sembari meletakkan dua piring pasta yang baru saja ia buat di atas meja makan.
“Siapa suruh dia bertanya. Dan kau tidak akan bisa membayangkan ekspresi lucunya saat aku mengatakan kalau kau sudah menikah dan rumah itu akan menjadi hadiah anniversary kalian. Astaga, dia lucu sekali” Ucap Elena kemudian tertawa kembali.
“Sudahlah. Makan saja sana, nanti pastamu dingin. Telingaku lelah mendengarmu tertawa dari tadi” Ujar Amber sembari mulai memakan pastanya.
“Sepertinya dia menyukaimu” Celetuk Elena membuat Amber tersedak lalu segera meminum airnya. “Dilihat dari sisi manapun sepertinya dia memang menyukaimu. Dari saat dia kecewa saat melihatku dan saat dia bertanya apa itu rumah untuk anniversary-mu. Aku yakin itu” Tambahnya.
“Sudahlah. Hentikan omong kosongmu dan makan makananmu” Ucap Amber namun Elena bertingkah seperti tidak mendengar apapun.
“Kenapa kau tidak coba dengannya saja? Sepertinya dia pria yang baik” Usul Elena.
“El” Tegur Amber.
“Iya, iya. Memangnya apa sulitnya percaya pada pria? Lagi pula tidak semua pria di dunia ini sama seperti dia” Ucap Elena. “Iya, iya aku berhenti” Lanjutnya saat mendapat tatapan tajam dari Amber kemudian mulai memakan makanannya sembari merengut.
“Oh iya, coba tebak aku bertemu siapa di sana?” Tanya Elena tiba-tiba.
“Tidak tahu dan tidak ingin tahu” Ucap Amber.
“Aku bertemu dengan pria tampan yang menabrakmu saat di club waktu itu. Ternyata dia bekerja di sana. Astaga, dia tak hanya tampan saat memakai kaus tapi ternyata lebih hot saat memakai kemeja. Namanya Chandra Wijaya. Astaga, dari namanya saja sangat tampan” Ujar Elena sembari membayangkan wajah Chandra. Dan ya, pria yang menabrak Amber saat itu adalah Chandra yang baru kembali dari toilet.
“Lalu?” Tanya Amber tak minat.
“Apa mungkin ini yang namanya jodoh?” Tanya Elena dengan senyum manisnya.
“Astaga, dari tadi kau mengatakan omong kosong terus. Hentikan itu dan habiskan saja makananmu” Ujar Amber sembari memutar bola matanya.
“Mungkin aku dan dia benar-benar berjodoh” Ucap Elena membuat Amber menggelengkan kepalanya.
Amber pun tak menggubris ucapan Elena lagi dan hanya membiarkan wanita itu berceloteh sendiri. Karena ia bicara pun tak akan di hiraukan oleh wanita itu. Sepertinya Elena benar-benar menyukai Chandra.
-------
“Apa dia mengatakannya secara langsung?” Tanya Chandra pada Christoff yang lagi-lagi datang ke apartemennya tanpa kabar terlebih dahulu.
“Tidak tapi temannya yang mengatakannya. Dia bilang kalau rumah itu adalah hadiah anniversary dari Amber untuk suaminya” Jawab Christoff.
“Mungkin saja dia berbohong” Tebak Chandra tepat sasaran.
“Tidak mungkin. Memangnya apa untungnya dia berbohong?” Bantah Christoff.
“Dasar bodoh! Mungkin saja dia sengaja mengatakannya untuk mengerjaimu” Ujar Chandra.
“Mengerjaiku? Untuk apa dia melakukannya?” Tanya Christoff.
“Kau benar-benar tidak menggunakan otakmu ya?” Kesal Chandra.
“Katakan itu lagi dan kau dipecat” Ancam Christoff.
“Mungkin saja dia mengatakannya karena kau dengan jelas menampakkan perilaku kalau kau tertarik dengan wanita bernama Amber itu yang tak lain adalah temannya” Jelas Chandra.
“Dari mana dia tahu?” Tanya Christoff.
“Dari pertanyaan yang kau ajukan saja orang sudah bisa menebaknya. Karena kau tidak mungkin mengajukan pertanyaan tentang klien-mu kecuali kau tertarik dengannya” Ucap Chandra malas.
“Benarkah?” Tanya Christoff.
“Kau meragukanku?” Tanya Chandra sembari menaikkan sebelah alisnya.
“Tentu saja. Pria yang menjomblo selama tiga puluh tahun sepertimu mana bisa kupercaya” Ejek Christoff.
“Ya sudah kalau tidak percaya. Lain kali jangan mencariku lagi untuk membicarakan hal-hal seperti ini. Bicara dengan dengan orang yang tidak memakai otak sepertimu pun percuma. Hanya membuang-buang waktu berhargaku” Balas Chandra.
“Kau benar-benar ingin dipecat?!” Kesal Christoff.
“Pecat saja” Ucap Chandra sembari beranjak menuju kamarnya.
-------
Love you guys~