Chapter 6

1016 Kata
“Sir” Panggil Layla membuyarkan lamunan Christoff. “Ah, ya. Maaf” Ucap Christoff. “Selamat datang” Lanjutnya sembari berjalan menuju wanita yang tadi masuk setelah bersama Layla sementara Layla sendiri telah izin keluar. “Christoff Lewis” Ucap Christoff sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan wanita itu. “Amber Juliza” Balas Amber sembari tersenyum dan membalas uluran tangan Christoff. “Silakan duduk” Ujar Christoff sembari menunjuk sebuah kursi. “Terima kasih” Ucap Amber sembari mengikuti ucapan Christoff. Ia pun duduk di kursi dengan meja bundar di tengahnya. “Jadi, bangunan seperti apa yang ingin Anda bangun, Miss?” Tanya Christoff menghilangkan debaran jantungnya yang menggila saat menatap Amber. Ia harus bersikap profesional saat ini. “Saya ingin membangun rumah tingkat dua dengan dinding kaca. Apa itu mungkin?” Jawab Amber. Christoff menahan ucapannya saat melihat Layla masuk membawa minuman untuk mereka. Setelah wanita itu keluar, barulah Christoff melanjutkan ucapannya. “Tentu. Bisa Anda jelaskan detailnya?” Tanya Christoff sembari membuka buku catatannya serta mengambil sebuah pena di sakunya. “Saya ingin tiga kamar tidur, mini bar, dan mini salon. Dan karena lokasinya berada di pinggiran laut saya ingin satu ruang untuk bersantai serta bioskop mini yang keduanya menghadap ke arah laut dan tambahan untuk kolam renang yang juga dapat mengakses pemandangan laut secara langsung” Jelas Amber.    “Di mana letak lokasi tersebut?” Tanya Christoff yang masih sibuk dengan catatannya. “Di Canberra” Jawab Amber. “Apa Anda memiliki tambahan lain?” Tanya Christoff. “Tidak. Dan selebihnya saya percayakan pada Anda” Ucap Amber. “Apa Anda butuh layanan fasilitas interior?” Tanya Christoff. “Ya, tentu” Jawab Amber. “Baiklah” Ujar Christoff. “Ah ya, apakah Anda bisa menyelesaikan rumah tersebut dalam waktu tiga bulan ke depan?” Tanya Amber. “Akan kami usahakan” Ucap Christoff. “Kalau boleh saya tahu, apa ada alasan khusus mengapa rumah ini harus selesai dalam tiga bulan?” Lanjutnya yang memang sudah penasaran sejak tadi. “Ini akan jadi hadiah anniversary pernikahan” Jawab Amber membuat Christoff sangat terkejut. Jadi wanita yang menjadi one night stand-nya sudah menikah? Ia tidur dengan wanita yang sudah bersuami? Tidak mungkin.    “Jika sudah selesai. Apa saya boleh pergi?” Tanya Amber membuyarkan pikiran Christoff. “A, ah, ya. Tentu, Miss” Jawab Christoff tergagap. “Anda bisa menghubungi saya melalui e-mail jika Anda memerlukan sesuatu” Ucap Amber. “Tentu. Saya juga akan segera menginfokan pada Anda mengenai dana yang dibutuhkan” Ujar Christoff. “Baiklah” Ucap Amber lalu mengambil tasnya kemudian berdiri dari duduknya yang diikuti oleh Christoff. “Kalau begitu saya permisi. Saya akan menunggu kabar baik dari Anda” Ujar Amber. “Segera, Miss” Balas Christoff. Amber pun mulai melangkahkan kakinya namun harus terhenti oleh panggilan Christoff. Wanita itu pun berbalik dengan senyuman di wajahnya serta sebelah alis yang terangkat. “Apa Anda tidak mengingat saya?” Tanya Christoff setelah menimbang-nimbang apakah ia harus menanyakannya atau tidak. Itu adalah pertanyaan yang ia tahan sejak tadi. Sementara Amber membentuk sedikit kerutan di keningnya mendengar pertanyaan Christoff.    “Entahlah, saya bertemu dengan banyak orang. Jadi sepertinya akan sulit untuk saya mengingat Anda” Ucap Amber. “Apa kita pernah bekerjasama sebelumnya?” Tanyanya. “Ah, tidak” Jawab Christoff. “Maaf, sepertinya saya salah orang” Lanjutnya. “Baiklah” Ucap Amber kemudian berlalu dari ruangan Christoff. -------                            “Dia mengatakan bertemu dengan banyak orang, apa itu artinya dia telah tidur dengan banyak pria? Dia sudah menikah dan masih melakukan one night stand?” Tanya Christoff menggebu-gebu pada Chandra. Mereka berdua tengah berada di apartemen Chandra. Christoff langsung mendatangi apartemen Chandra setelah semua pekerjaannya di kantor selesai bahkan sebelum sang tuan rumah berada di tempat. “Positive thinking saja. Kau bilang dia berpenampilan rapi jadi mungkin dia pekerja kantoran dan yang dia maksud itu adalah kliennya” Ucap Chandra. “Tapi tetap saja. Dia sudah menikah” Bantah Christoff. “Bukan hanya dia satu-satunya wanita yang masih melakukan one night stand saat sudah menikah. Dan lagi, apa kau yakin kalau dia adalah wanita yang kau cari?” Tanya Chandra. “Namanya Juliza” Ucap Christoff. “Banyak orang bernama Juliza, Chris” Ujar Chandra sembari memutar bola matanya. “Kau benar, tapi aku tidak mungkin salah mengenali wajah, aroma, dan suaranya yang mendesahkan namaku” Ucap Christoff. “Tapi saat itu kau sedang mabuk. Bisa saja kau benar-benar salah mengenali orang” Ujar Chandra. “Apa kau pernah melihatku mabuk hingga membuatku lupa dengan kejadian yang kualami?” Tanya Christoff. “Lalu kenapa kau tidak memastikannya saja?” Tanya Chandra. “Bukankah sudah kubilang dari awal kalau dia sudah melupakanku karena terlalu banyak bertemu dengan orang?” Kesal Christoff. “Sudahlah. Aku bingung. Pergi sana, aku mau mandi” Ucap Chandra. “Beraninya kau mengusir bosmu” Kesal Christoff. “Kenapa? Mau memecatku? Pecat saja sana. Tapi nanti jangan mengemis-ngemis padaku lagi untuk kembali apalagi masuk ke apartemenku tanpa izin hanya untuk berkeluh kesah” Gerutu Chandra. “Siapa yang akan mengemis-ngemis? Sepertinya kau sedang berhalusinasi” Ejek Christoff. “Lihat saja nanti, siapa yang akan mengemis ke siapa” Sindir Chandra. “Omong kosong” Ucap Christoff. “Sudahlah. Lebih baik kau pikirkan saja tentang wanita bernama Juliza itu dan aku tidak mau melihatmu lagi saat aku keluar dari kamar” Putus Chandra kemudian berlalu masuk ke dalam kamarnya. Sementara Christoff masih terdiam di tempatnya dengan pikirannya sendiri. Ia bingung. Ia jelas yakin kalau mereka adalah wanita yang sama. Ia tidak mungkin melupakannya.    “Kapan kau akan meninjau lokasi rumah Juliza-mu itu?” Teriak Chandra dari dalam kamarnya. “Besok” Balas Christoff dengan teriakan yang lebih keras. -------                            “El, apa hari ini kau sibuk?” Tanya Amber sembari mencari berkas di atas mejanya dengan ponsel yang ia selipkan di antara telinga dan bahunya. “Tidak. Ada apa?” Tanya Elena balik. “Aku mau minta tolong” Ucap Amber. “Wow... Ini pertama kalinya kau meminta tolong. Jadi apa yang harus kulakukan untukmu?” Goda Elena. “Siang ini aku harus bertemu dengan arsitek yang menangani rumah atasanku tapi aku memiliki rapat mendadak. Apa kau bisa menggantikanku bertemu dengannya?” Tanya Amber. “Pria atau wanita?” Tanya Elena memastikan. “Haruskah kau menanyakannya?” Tanya Amber lalu menghela nafas sembari memperbaiki posisi ponselnya. “Tentu saja. Kalau dia wanita aku tidak akan pergi, tapi ka...” “Pria. Dia pria” Potong Amber. “Baiklah. Jam berapa? Di mana?” Tanya Elena. “Jam sebelas. Alamatnya akan kukirimkan” Ucap Amber. “Baiklah, honey” Ujar Elena. “Kalau dia bertanya sesuatu lakukan saja apa yang menurutmu bagus. Dan kalau kau tidak bisa memutuskan, katakan padanya kalau aku akan mengirimkan e-mail padanya” Pintah Amber. “Yes, Ma’am” Ucap Elena. “Thank you, El” Ujar Amber. “Never mind, honey” Ucap Elena. Mereka lalu memutuskan sambungan teleponnya bersamaan dengan Amber yang menemukan berkas yang ia cari. Setelahnya, Amber langsung mengirimkan alamat kantor arsitek yang ia maksud kemudian kembali mengerjakan dokumen yang harus ia presentasikan di rapat nanti.    -------                            Love you guys~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN