bc

Mengejar Cinta Ustad Dingin

book_age18+
4
IKUTI
1K
BACA
forbidden
arrogant
badboy
heir/heiress
blue collar
drama
bxg
witty
professor
like
intro-logo
Uraian

“Satu minggu. Ustad itu harus jadi pacar lo. Dan mobil gue pindah ke tangan Loe.”Natalie semula hanya menganggapnya tantangan biasa. Lelaki seperti Fakih, ustad muda yang dingin, tampan, dan kaya raya—pasti hanya butuh sedikit sentuhan rayuan, dia pasti jatuh ke pelukannya. Tapi ternyata, dia salah.Fakih bukan lelaki biasa. Ia tak pernah menggubris rayuannya. Bahkan tak mau menatap mata genitnya. Setiap godaan Natalie selalu berakhir dengan… kekecewaan.Natalie pun penasaran. Dia tertantang untuk menakhlukkan lelaki itu. Tanpa sadar, ia terjebak dalam cinta lelaki yang bahkan tak bisa ia sentuh secara halal.Saat hatinya telah memilih, takdir tak berpihak padanya. Fakih telah dijodohkan dengan anak kyai besar. Sementara Natalie, masih berdiri di luar gerbang agama yang diyakini Fakih.Cinta ini terlarang. Tapi perasaan tak pernah mengenal larangan.Apakah cinta mereka bisa menyentuh langit—tanpa menjatuhkan iman?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
“Loe lihat nggak ustad tampan itu?” bisik Sarah sambil mengunyah permen karet dan melirik ke arah rombongan yang baru keluar dari Bandara Ngurah Rai. “Yang jalan paling depan, pakai jubah putih, sorban rapi, dan muka kayak malaikat yang gak punya dosa?” Natalie mengangkat kepalanya. Matanya langsung tertumbuk pada sosok pria muda dengan sorot mata tajam. Tubuhnya tinggi, badannya proporsional persis kayak model cowok yang lagi jalan di catwalk. Tapi, auranya sangat dingin. Jelas bukan tipe cowok yang biasa ia goda. “Dia?” Natalie menaikkan alis. “Kenapa? Terlalu suci buat lo?” Sarah nyengir. “Bukan buat gue! Loe tahu nggak dia siapa?” “Ustad?” jawab Natalie asal. Sarah mendecak. “Lebih dari itu. Dia itu anak pemilik Pondok Pesantren Al Muyyiz, pesantren terbesar di Jawa Tengah. Dan lo tau PT Ai Corp? Perusahaan raksasa yang ekspor-impor bahan kimia dan properti itu?” Natalie mengangguk, mulai tertarik saat mendengar salah satu perusahaan besar, tempat impian dia bekerja. “Dia itu anak keduanya. Namanya Ustad Fakih Ali Jaffar. Gak suka dunia bisnis, makanya pilih ngurusin pesantren. Bayangin, cowok kayak gitu... alim, kaya, tampan. Lo bisa punya segalanya kalau bisa dapetin dia.” Natalie menatap pria itu lebih lama. Memang, sosok Fakih terlihat tak biasa. Ada aura wibawa yang jarang ia lihat. Dan mungkin karena itu... dia justru terasa tertantang. “Terus?” tanya Natalie. Sarah memajukan badan dan berbisik, “Gue kasih tantangan buat lo. Kalau lo bisa jadian sama dia selama trip seminggu ini... Honda Civic gue jadi milik lo!” Natalie nyaris tersedak udara. “Lo serius?! Civic lo yang baru turun dua bulan itu?!” Sarah mengangguk, yakin. “Gue yakin lo gak bakal bisa. Dia dingin banget. Dan cewek kayak lo? Gak akan bisa nembus tameng ustad-ustad begituan.” Natalie menyipitkan mata. “Lo nantang gue? Fine! Cuma jadian, kan? Gampang. Kasih gue datanya, biar gue cari celahnya.” Sarah mengambil ponselnya dan menunjukkan profil. “Nama lengkapnya Ustad Fakih Ali Jaffar. Besok lo yang jadi guide-nya selama di Bali. Lo punya waktu seminggu buat bikin dia jatuh ke pelukan lo.” Natalie tersenyum tajam. “Deal!” “Deal!” sahut Sarah. Mereka pun saling mengaitkan jari kelingkingnya. Malamnya, di dalam kamar hotelnya, Natalie duduk di tepi ranjang sambil menatap layar ponselnya. Sarah baru saja mengirimkan sebuah foto Fakih—foto candid saat lelaki itu membaca di sudut masjid pesantren. Wajahnya tampak begitu teduh, mata tertunduk dalam, dan garis wajahnya menenangkan. “Ganteng juga,” gumam Natalie tanpa sadar. Ia memperbesar gambar itu dan terdiam cukup lama. Entah mengapa, perasaan hangat merambat di dadanya saat memandangi wajah lelaki itu. Bukan sekadar tampan, ada ketenangan dan ketulusan di sana—hal yang jarang ditemuinya pada lelaki-lelaki yang selama ini mendekatinya. Sejenak ia lupa bahwa dirinya hanya sedang mengikuti tantangan Sarah. Namun ketika sadar, Natalie cepat-cepat menepis perasaan aneh itu. “Ah, jangan baper, Nat,” bisiknya pada diri sendiri sambil menaruh ponsel di meja. “Ini hanya sekadar taruhan. Nggak lebih!” Ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan menatap langit-langit kamar. Dalam benaknya terngiang ucapan Sarah, “Kalau loe bisa dapetin dia, mobil gue buat loe.” Natalie tersenyum miring. Ia sudah terlalu jauh untuk mundur. Selama ini, tak ada satupun lelaki yang bisa menolaknya. Dan dia yakin, Ustad Fakih pasti jatuh cinta padanya. --- Pagi itu, Natalie sudah berdiri di lobi hotel tempat rombongan santri menginap. Ia mengenakan setelan kemeja longgar warna krem dan rok panjang hitam. Rambutnya diikat rapi ke belakang, dan wajahnya hanya disapu make up tipis. Ia ingin tampil lebih tertutup dan sopan agar bisa menarik perhatian ustad muda itu. Jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat sosok Fakih keluar dari lift. Lelaki itu mengenakan baju koko putih bersih, sorban melingkar di leher, dan sarung bercorak sederhana tapi terlihat mewah. Jelas sekali harga sarung itu diatas dua digit. Tampan dan berwibawa. Auranya begitu menenangkan. Natalie langsung melangkah mendekat, memaksakan senyum hangatnya. “Selamat pagi, Ustad. Perkenalkan, saya Natalie Adriana. Saya yang akan mendampingi Ustad dan rombongan selama di Bali,” ucapnya ramah sambil mengulurkan tangan. Namun Fakih hanya menatap uluran tangan itu sekilas. Ia menakupkan tangan di d**a dan menjawab datar, “Saya Fakih. Ustad pembimbing mereka.” Tanpa senyum, lelaki itu berlalu begitu saja meninggalkan Natalie, membuatnya berdiri terpaku di lobi hotel. “Kurang ajar,” gerutunya dalam hati, tangan yang terulur dikepalkannya erat-erat. “Awas kamu, Ustad Dingin. Akan aku buat kamu bucin padaku!” Sambil menghela napas dalam-dalam, Natalie berusaha mengatur emosinya. Ia harus profesional, dan sekaligus harus memenangkan taruhan itu. Sekitar sepuluh menit kemudian, ia sudah bergabung ke dalam bus pariwisata. Fakih sudah duduk di kursi paling depan, membaca kitab kecil di tangannya. Beberapa santri bercengkrama riang, tak menyadari gejolak dalam d**a pemandu mereka. “Pagi semuanya!” Natalie berusaha ceria. Ia melirik Fakih, tetapi lelaki itu hanya mengangguk sekilas tanpa mau menatapnya lama. Salah satu santri berbisik pada Natalie, “Kak, Kak Natalie cantik banget, ya? Pantes aja Ustad Fakih dari tadi diem aja. Dia pasti grogi berdekatan dengan Kakak.” Natalie tertawa kecil. “Ah, kamu terlalu berlebihan. Kakak ini tidak cantik, hanya menawan saja,” balasnya, tetapi dalam hati, ia menggeram, grogi apanya?!. Sepanjang perjalanan menuju salah satu tempat wisata di Bali, Natalie terus berusaha menarik perhatian Fakih. Ia menjelaskan sejarah tempat wisata itu, menebar senyum, dan sesekali meliriknya. Namun, lelaki itu tetap tenang, hanya menanggapi seperlunya. “Ustad, nanti kita akan turun di pura tepi pantai. Ustad mau saya carikan tempat teduh untuk menunggu?” tanyanya. “Tidak perlu,” jawab Fakih, singkat. “Baik,” balas Natalie, menahan kesal. Setelah bus berhenti dan semua turun, Natalie sengaja mendekat dan berjalan di sebelah Fakih. “Ustad mau saya fotokan? Biar ada kenangan selama di Bali,” tawarnya setengah bercanda. Fakih meliriknya sekilas. “Saya tidak butuh kenangan dalam bentuk gambar,” katanya. Natalie melengos. “Ya ampun, dinginnya…” Namun, Natalie bukanlah orang yang gampang menyerah. Semakin Fakih bersikap dingin dan acuh, semakin ia tertantang untuk menaklukkan lelaki itu. Ia yakin, di balik wajah tenang dan mata tajam itu, pasti tersimpan sisi hangat yang bisa ia sentuh. “Lihat saja nanti, Ustad,” bisik Natalie dalam hati, matanya berkilat nakal. “Sebelum trip ini selesai, kau pasti luluh dan jatuh cinta padaku.”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
229.4K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
179.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
154.2K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
14.7K
bc

My Secret Little Wife

read
127.6K
bc

Ibu Susu Anak Dosen Duda

read
4.1K
bc

Diam-diam Suami Temanku Menyimpan Rasa

read
1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook