CHAPTER 11

2158 Kata
Dua tahun kemudian Setelah Cia menyelesaikan pendidikan SMA nya ia melanjutkan pendidikan Sarjana di salah satu universitas negeri di Jakarta Kling "Mama di Jakarta, Cia pulang kuliah jam berapa sayang ?" "Mati gue" celetuk Cia ditengah-tengah pelajaran "Ada apa Ci ?" Tanya Erma "Mama gue di Jakarta" jawabnya "Terus ?" Bingung Erma "Terus ?" Cia membulatkan mata "Terus mati gue kalau mama tau gue gak pernah pulang ke rumah justru tinggal di apartemen kakak" lanjutnya "Lah emang kenapa ? Kan mama loe  taunya loe gak bisa tidur sendiri, mama loe belum tau kan kalau loe udah bisa tidur sendiri" ucap Erma "Bener juga sih" seraya tertawa simpul "Yaudah sih santai aja, eh btw nanti gue mau ke mall nih shopping. Loe mau ikut gak ?" Tanya Erma "Enggak deh ntar gue harus balik ke rumah dulu kalau kemalaman ke rumah takutnya disuruh mama tidur rumah lagi" tolak Cia "Yaudah gue ajak Erlin aja kalau gitu" celetuk Erma "Ehm ya coba saja kalau dia gak sibuk sama suaminya" jawab Cia "Ouh iya gue lupa mulu kalau dia udah nikah. Ahh gak asik anak itu masa yang punya pasangan dari SMA kita ehh malah dia nikah duluan" "Itu namanya jodoh dadakan" celetuk Cia didehumkan Erma "Mama" panggil Cia memasuki rumahnya "Bik mama dimana ?" Tanya Cia pada asisten rumah tangganya "Di kamarnya non" "Yaudah Cia ke kamar mama deh" Ceklek "Mama" panggil Cia memasuki kamar ibunya "Hai sayang" balas Tania "Cia kangen banget sama mama" ucap Cia seraya memeluk ibunya "Mama juga kangen banget sama Cia" "Mama kenapa gak kabari dulu kalau ke Jakarta kan Cia sama kakak bisa jemput mama di bandara" "Gak apa sayang mama juga dadakan kesini nya karena mama kangen banget sama anak gadis mama ini" ucap Tania "Mama berapa lama disini ?" Tanya Cia "Belum tau juga karena mama ada janji sama temen-temen mama disini" jawab Tania "Kamu sudah makan belum sayang ?" Tanya Tania digelembungkan Cia "Makan bareng mama yuk, mama sudah masak makanan kesukaan kamu tuh" ajak Tania diiyakan Cia Mereka pun pergi ke meja makan bersama "Ouh iya bagaimana terapi mu dengan Dokter yang mama kiriman untukmu ?" Tanya Tania disela-sela makan mereka "Ehm bagus kok ma" jawab Cia "Apa ada perkembangan ?" "Ada" singkat Cia "Ouh ya ? Apa saja ?" Tanya penasaran Tania "Ehm Cia udah gak takut kalau tidur dikasur sendiri dan kakak di sofa" terang Cia "Di sofa ruang tamu ?" Tanya Tania "Bukan, sofa di kamar Cia" jawabnya "Kalau itu dari dulu kamu bisa Cia, cuman kalau ditinggal di kamar sendiri kamu pasti langsung kebangun" kesal Tania dibalas tawa oleh Cia "Hem padahal Dokter Theo itu terbaik di Amerika, bagaimana bisa dia tidak membuat perkembangan ke kamu" bingung Tania dijawab Cia dengan mengangkat kedua bahunya dan tetap melanjutkan makannya Setelah menyelesaikan makannya Cia segera pergi ke kamar nya dan membersihkan diri "Kak, mama di Jakarta, ini Cia di rumah. Sepertinya tidak bisa ke apartemen. Kakak bisa pulang ke rumah gak ?" Tanya Cia pada pesan singkatnya untuk Gio Kling "Iya, kakak pulang kantor langsung ke rumah" balas Gio Satu jam kemudian "Gio, kamu sudah pulang sayang" sapa Tania melihat Gio memasuki rumah "Iya ma, apa kabar ma ?" Seraya memeluk ibunya "Baik sayang" "Ouh iya kok tumben pulang nya siang ?" Tanya Tania "Iya, tadi Cia kirim pesan katanya mama di Jakarta yah Gio pulang lebih cepat, kan Gio kangen mama" jawab Gio "Ouuu anak mama so sweet banget sih" senangnya "Ouh iya, Sudah makan ?" Tanya Tania digelengkan Gio "Makan dulu gih, mama sama Cia sudah tadi" ucap Tania "Gi, apa kamu temani Cia saat dia terapi ?" Tanya Tania yang menemani Gio makan dan dibalasnya dengan anggukan "Apa hasilnya signifikan ?" Tanya kembali Tania "Gak terlalu sih ma, masih sama saja" jawab Gio membuat Tania terheran "Nanti mama coba cari Dokter lain kalau begitu" ucap Tania "Buat apa ma ? Mending gak usah ma ntar Cia justru merasa risih kalau harus sering gonta-ganti Dokter hanya untuk menghilangkan ketakutannya tidur sendiri" tolak Gio "Ih kamu ini gimana sih Gi, ini penting Gio. Bagaimana kalau dia sudah menikah nanti ? Kalau dia ditinggal suaminya bekerja luar kota siapa yang mau menemani dia tidur ? Lagi pula gak enak kalau orang lain tau kamu selalu tidur bersama Cia. Bagaimana pun kalian bukan adik kakak kandung" terang Tania "Ya deh terserah mama aja" pasrahnya melanjutkan makannya Ceklek "Ci" panggil Gio memasuki kamar "Udah dateng kak" "Udah ketemu mama ?" Tanya Cia yang bangkit dari sofa "Udah, udah ngobrol udah disuruh makan juga tadi" jawabnya "Udah dari tadi dong" sahut Cia diiyakan Gio "Gimana ?" Tanya Cia "Apanya ?" Tanya balik Gio "Mama tanya sesuatu gak ke kakak ?" Tanya Cia "Iya" "Tanya apa aja ? Tanya soal terapi ku gak ?" Diiyakan Gio "Kakak ngomong gak ke mama kalau terapi nya berhasil dan Cia udah bisa tidur sendiri ?" "Ya gak lah Ci" "Bagus deh soalnya Cia bilang gak ada hasil yang signifikan gitu" leganya "Hem kakak juga tau kalau kamu bakalan jawab gitu ke mama" celetuk Gio "Gimana kakak bisa tau ? kan Cia gak bilang ke kakak sebelumnya" "Ya kakak tau kalau kamu gak bisa jauh-jauh dari kakak" rayunya memeluk Cia "Hem kan mulai sombong nya" celetuk Cia membuat Gio tersenyum simpul Gio mulai mendekatkan bibirnya pada Cia namun ditepis oleh Cia "Kenapa ?" Bingung Gio "Kakak jangan aneh-aneh deh Ada mama dirumah. Jangan disamain sama di apartemen" tolaknya membuat Gio mendengus kesal ---- Tania kini tengah berada di supermarket untuk berbelanja bahan pokok "Tania" sapa Jane temannya "Hai Jane, apa kabar ?" Seraya cipika-cipiki "Baik-baik, bagaimana dengan mu ?" Tanya balik Jane "Baik" "Syukurlah" jawab Jane "Ouh iya Tania. Terimakasih ya sudah merekomendasikan Dokter Theo untuk putra ku. Dokter The sangat luar biasa efektif sekali untuk anakku. Dia sudah benar-benar sembuh dari trauma nya dan sekarang tidak ketakutan saat bersentuhan dengan wanita selain aku" ucap terangnya "Ouh benarkah ? Bagus kalau begitu. Tapi kenapa Cia tidak ada perkembangan seperti putramu ?" Bingung Tania "Benarkah ?" Dianggukan Tania "Bukankah Cia melakukan terapi itu terlebih dahulu dari pada putraku ?" Tanya Jane diiyakan Tania "Kenapa Cia tidak ada perkembangan sama sekali kalau saja putra Jane yang baru saja konsultasi dan terapi sudah sembuh" Batin Tania yang telah berada di Mobil "Pak kita ke tempat Dokter Theo dulu ya" pinta Tania pada supirnya "Baik nyonya" "Selamat sore Dokter" sapa Tania memasuki ruang kerja Dokter Theo "Selamat sore nyonya Monugue" jawabnya "Silahkan nyonya" ucap Dokter Theo mempersilahkan Tania untuk duduk didepannya "Ada yang bisa saya bantu nyonya ?" Tanyanya "Begini Dok, saya mau menanyakan mengenai terapi Alicia. jadi bagaimana perkembangan nya Dokter ?" Tanya Tania "Ouh, untuk terapinya sudah tidak kita lakukan sesering sebelumnya karena hasil dari terapi sudah cukup luar biasa. Saat ini nona Alicia sudah tidak tergantungan untuk tidur bersama orang lain nyonya. Namun memang saat mendengar petir nona Alicia masih memiliki ketakutan namun tidak setakut sebelumnya" jelasnya "Ouh begitu ya dok. Apakah Dokter yakin ?" "Tentu nyonya, saya sudah menganalisanya dan juga sudah mempraktekkan untuk nona Alicia" yakinnya "Baiklah Dokter terimakasih untuk bantuannya, sebelumnya saya minta maaf sudah mengganggu jadwal anda" "Tidak nyonya, saya senang anda berkunjung kemari untuk memastikan kondisi putri anda" "Baik kalau begitu saya pamit dulu Dok, sekali lagi terimakasih untuk bantuan anda" pamit Tania diiyakannya "Kenapa Gio dan Cia mengatakan kalau kondisi Cia masih sama saja. Apa sebenarnya yang mereka sembunyikan dariku ?" Tanya Batin Tania yang baru saja memasuki rumahnya "Sudah pulang nyonya, biar saya bantu membawa belanjaannya" ucap asisten rumah tangganya membangunkan lamunan Tania "Iya bik tolong diletakkan di dapur" jawab Tania "Bik" panggil Tania menghampirinya "Iya nyonya" jawabnya meletakkan belanjaan Tania di lemari es "Bik, Gio dan Cia apa masih tidur sekamar selama saya dan bapak di Amerika ?" Tanya Tania "Saya kurang tau nyonya karena tuan Gio dan nona Cia hampir tidak pernah menginap disini lagi terakhir menginap sekitar setahun lalu nyonya. Tetapi sesekali mereka berkunjung kemari hanya untuk mengambil barang saja" terang bibi "Lalu mereka tinggal dimana bik ?" "Setau saya di apartemen tuan Gio" "Kenapa mereka lebih memilih menetap di apartemen Gio ya" gumam Tania "Ada apa nyonya ?" Tanya bibi "Ouh gak ada apa-apa, lanjutkan saja pekerjaan bibi. Tolong yah bik dibereskan belanjaan saya. Terimakasih" ucapnya yang kemudian pergi meninggalkan bibi di dapur ---- "Ada apa dengan mu Ci ?" Tanya Erma melihat Cia meletakkan kepala di meja "Aku menderita Er" jawabnya dengan lesu "Hah ? Maksudnya ?" Tanya Erma "Mama gue gak balik-balik ke Amerka" kesalnya yang mengangkat kepala "Emang kenapa kalau nyokap loe disini lama ? Emang loe gak sayang nyokap loe sampek loe pengen dia pergi ? Kalau gak mau dia disini ya bilang aja ke nyokap loe suruh buruan balik ke Amerika" balas Erma secara beruntun "Yah gak gitu juga sih. gue sayang banget kok sama mama, tapi udah seminggu mama disini dan tiap hari mama minta gue tidur dikamar nya" lesunya kembali meletakkan kepalanya "Kayak mama itu bener-bener batasi gue sama kak Gio" lanjutnya "Hem mungkin mama loe worry kali kan gimana-gimana loe sama kak Gio bukan saudara kandung" "Atau jangan-jangan nyokap loe tau lagi hubungan loe sama kak Gio atau mungkin juga nyokap loe tau sebenarnya loe bohong ke dia kalau loe belum bisa tidur sendiri" ucap Erma secara panjang lebar "Masa sih, gak mungkin ahh. Mama tau darimana coba, yang tau hubungan kita cuman kita berdua loe dan Erlin aja atau jangan-jangan loe ya yang kasih tau nyokap gue" celetuk Cia "Gila aja loe mana pernah nyokap loe nemuin gue hubungin gue. Gak pernah sama sekali. Loe ilang aja paling yang bingung nyariin loe kak Gio" bantah Erma dibalas dehuman Cia "Cia" panggil Gio dari mobilnya "Eh gue duluan ya Er" pamit Cia meninggalkan Erma "Kakak kok jemput Cia ke kampus, ada apa ?" Tanya Cia memasuki mobil Gio "Emang gak boleh jemput kamu ?" Tanya balik Gio "Boleh aja sih, tapi gimana sama supir mama yang antar jemput aku ?" Tanya Cia "Ahh dia sudah kakak suruh pulang" jawab Gio "Kalau mama tau gimana ?" Tanya Cia "Yaudah sih biarin aja nanti biar kakak yang ngomong sama mama" santainya "Yaudah terserah kakak aja" pasrah Cia "Loh ini kan bukan jalan ke rumah ? Kita mau kemana ?" "Ke Apartemen" singkat Gio "Kalau mama nyariin gimana ?" "Yaudah sih kalau mama marah ya tinggal di dengerin aja" "Ihh kakak ini suka banget bikin mama kesel" celetuk Cia "Bikin kamu kesel aja sudah jadi hobby kakak apalagi bikin mama kesel kayaknya sudah jadi kebiasaan kakak" balas Gio disahuti Cia dengan tersenyum simpul Kring kring kring "Siapa ?" Tanya Gio "Mama" jawab Cia "Jangan diangkat paling juga nyuruh pulang" ucap Gio "Tapi kalau mama marah gimana ?" Tanya Cia "Gak akan, udah biarin aja" jawab Gio diiyakan Cia Kring kring kring "Hufh ganti telfon kakak nih mama" ucap Cia melihat layar ponsel Gio "Udah biarin aja" sahut Gio menancap gas mobilnya lebih kencang hingga dengan cepat mereka sampai di apartemen ---- "Kalian darimana saja ?" Tanya Tania melihat Gio dan Cia baru saja memasuki rumah "Cia dari rumah Erma ma" jawab Cia "Aku dari kantor ma" jawab Gio "Lalu kenapa kalian bisa pulang bersama ?" Tanya Tania "Cia tadi minta aku jemput di rumah Erma makanya kita bisa pulang bareng" terang Gio "Mama tadi hubungi kalian berdua tidak ada jawaban tapi kamu langsung jawab panggilan dari Cia untuk jemput dia di rumah Erma ?" "Ehm tadi Cia gak tau ada telfon dari mama, Cia baru lihat hp sewaktu minta jemput kakak" terangnya "Lalu kenapa supir mama bilang kalau Gio yang jemput kamu dikampus ?" Tanya kembali Tania "Ouh tadi emang aku jemput Cia di kampus tapi ternyata Cia ada janji sama Erma yaudah aku balik ke kantor lagi ma" bohongnya lagi pada Tania "Hem, kalian sudah makan belum ?" "Belum ma" jawab serentak keduanya "Ayo makan bersama. Mama sudah masak makanan kesukaan kalian" ajak Tania diiyakan keduanya "Mama di Jakarta sampai kapan ?" Tanya Gio disela-sela makan malam mereka "Kenapa memangnya kamu mau ngusir mama untuk kembali ke Amerika secepatnya" Jawab Tania "Yah gak gitu ma. Kalau mama kembali ke Amerika aku bisa ambil libur untuk antar mama ke bandara" sergah Gio "Masih lama, gak tau kapan mama kembali ke Amerika" jawab Tania membuat Gio dan Cia terlihat lesu "Ada apa dengan kedua anakku seperti nya ada yang mereka sembunyikan dariku ?" Batin Tania "Ma, malam ini Cia boleh tidur sama kakak gak ?" Tanya Cia "Gak bisa Ci, kamu harus tidur sama mama. Mama mau membiasakan kamu tidak tergantungan dengan kakak karena bagaimanapun kalian tidak mungkin selamanya satu kamar" tolak Tania "Yaudah sih aku nikahin aja Cia biar bisa sekamar terus" celetuk Gio justru mendapatkan lemparan serbet dari Tania "Apaan sih ma" kesal Gio "Kamu itu yang apaan ?! Bisa-bisa ngomong mau nikahin adik sendiri" sahut geram Tania "Tapi ma Cia kan.." "Tapi apa ?! Ada apa dengan Cia ?!" Potong Tania dengan geramnya "Gak, gak apa-apa" pasrah Gio yang kemudian ia pergi meninggalkan meja makan tanpa menyelesaikan makan malamnya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN