“Selamat pagi, Wijaya,” ucap Dharma ketika melangkah masuk ke ruang kerja yang luas dan tertata rapi. Ia tidak membuat janji sebelumnya, tetapi resepsionis tidak berani menolak begitu mendengar namanya disebut. Wijaya bangkit dari kursi di balik meja besar berlapis kaca, wajahnya menampilkan senyum lebar yang sopan. “Dharma. Ini kejutan. Aku kira kamu masih menikmati libur akhir pekan.” “Tidak ada libur kalau menyangkut hal penting,” jawab Dharma, tenang sambil menjabat tangan besannya. Genggamannya mantap, seperti biasa. “aku kebetulan lewat dan ingin menyapa. Sudah lama kita tidak berbicara tanpa agenda resmi.” Wijaya terkekeh kecil. “Kalimat seperti itu biasanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan.” Ia mempersilakan Dharma duduk di kursi tamu, lalu menekan tombol di interkom untuk mem

