“Pak Adrian.” Adrian refleks menghentikan langkah begitu membuka pintu ruang kerja. Ia tidak menyangka seseorang sudah duduk menunggunya di sana. Di depan meja kerjanya, Rendra berdiri perlahan dari kursi tamu dengan sikap tenang. “Ada perlu apa sampai kamu datang sepagi ini?” tanya Adrian. Suaranya tidak tinggi, tapi ada nada heran yang tidak bisa ia tutupi. “Tentu ada hal penting jika menyangkut dengan perusahaan Mahendra,” ucap Rendra pelan, sambil menutup map di pangkuannya. Ia duduk tegak, tidak menunjukkan gelisah, seolah ruangan itu memang tempat ia seharusnya berada. “Asistenmu bilang kamu sedang dalam perjalanan ke kantor, jadi saya pikir lebih baik menunggu di dalam daripada di lorong.” Adrian meletakkan tas kerjanya di atas meja. Gerakannya tertahan, matanya menatap Rendra d

