Bab 209

1794 Kata

Adrian sigap. Ia tidak gentar, bahkan ia mengambil langkah maju, menghadapi Dharma. Ia tahu pukulan itu pasti akan datang, dan ia siap menerimanya. Namun, sebelum tangan Dharma menyentuh Adrian, Ratna–sang ibu bergerak cepat. "Cukup, Pa! Jangan lakukan itu!" Ratna menghalangi Dharma, menahan lengan suaminya dengan kekuatan penuh. Matanya berkaca-kaca, memohon agar Dharma mengendalikan diri. "Minggir, Ratna! Anak ini sudah menghinaku! Menghina nama baik keluarga!" bentak Dharma, suaranya bergetar. "Jangan menyentuhnya, Pa! Kita bicara baik-baik!" Ratna menengahi. Ia menoleh ke arah Adrian. "Adrian, apa-apaan ini? Jelaskan semuanya, sekarang!" Keheningan yang tegang menyelimuti ruang tamu mewah itu. Semua mata tertuju pada Adrian. Safira berdiri diam, air mata membasahi pipinya, tetapi i

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN