“Mas… gimana Mama, Mas…” suara Safira terdengar serak, penuh ketakutan. Ia melangkah mendekat, berusaha menjangkau tangan Adrian, namun gerakannya ditolak halus, namun tegas. Adrian tidak menatapnya. Tatapannya terpaku pada Ratna yang terkulai di lantai, wajahnya pucat dan bibirnya bergetar tanpa suara. “Mama akan baik-baik saja,” bisik Adrian, tapi bukan kepada Safira. Ucapan itu meluncur lirih sambil ia meraih tangan Laras, menggenggamnya erat, seolah mencari kekuatan dari sana. Safira terdiam, menatap punggung Adrian dengan mata berkaca-kaca. Ada luka yang mengoyak dalam hatinya ketika menyadari bahwa di tengah kekacauan ini, bukan dirinya yang menjadi tempat Adrian berpegang. Di sisi lain, Dharma sudah bergegas menelpon ambulance. Suaranya terdengar tegang, namun terkendali, menyal

