“Langsung bawa ke ruang operasi,” ucap salah satu dokter di IGD. Dalam hitungan detik, beberapa perawat sudah datang membawa brankar. Safira segera diangkat, darah masih mengalir dari kakinya. Raina dan Liana hanya bisa mengikuti dari belakang, dadanya serasa diremas. Di tengah-tengah kebingungannya atas apa yang menimpa dirinya, Safira terus memohon kepada Tuhan untuk janinnya. Air matanya menetes perlahan, bukan hanya merasakan perutnya yang begitu nyeri, tetapi betapa sesaknya dirinya melihat darah yang terus saja keluar. ‘Nak, bertahan lah, tolong…’ batin Safira. Setelah Safira masuk ke ruang operasi. Liana dan Raina tidak diperbolehkan masuk, sehingga mereka harus menunggu di depan ruangan. Suasana di depan ruang operasi terasa seperti berhenti bergerak. Hanya suara langkah kaki

