Adrian duduk di sofa ruang tamu Rendra, perlahan memangku Arshaka yang kini tertidur pulas di dadanya. Kehangatan tubuh mungil itu menenangkan pikirannya yang kalut. Ia membelai rambut halus Arshaka dengan ujung jarinya. Senyum tipis mengembang di bibir Adrian saat mengingat senyum tanpa gigi yang baru saja diberikan anaknya. Momen itu adalah pengakuan tak terucapkan dari Arshaka, yang membuat Adrian semakin yakin akan keputusannya. Rendra berdiri di seberang sofa dengan tubuh tegak dan tangan terlipat di d.a.d.a. Matanya menatap tajam ke arah Adrian yang duduk di ruang tamu, seolah keberadaan pria itu saja sudah cukup membuat suasana menjadi tidak nyaman. Garis di keningnya tampak menegang, menandakan betapa ia menahan diri agar tidak meluapkan kekesalan yang sejak tadi bergejolak dalam

