Adrian menarik napas panjang, lalu mulai melangkah mendekat. Langkahnya terdengar mantap, sepatu kulitnya beradu dengan lantai marmer mengilap. Suara itu bergema pelan di antara lorong yang ramai oleh lalu-lalang staf. Beberapa orang yang mengenalnya segera memberi salam. “Selamat pagi, Dok,” sapa seorang perawat sambil menunduk hormat. “Pagi, Pak,” ujar staf administrasi yang baru keluar dari ruang arsip, membawa setumpuk berkas di tangannya. Beberapa orang pun ikut menegur dengan nada penuh hormat, seolah kehadiran Adrian di tempat itu membawa wibawa tersendiri. Ia membalas sapaan mereka dengan anggukan singkat tanpa mengubah ekspresi wajahnya. Safira yang sedang berbicara dengan Rendra, belum menyadari siapa yang disapa oleh para petugas rumah sakit. Ia masih mendengarkan Rendra yan

