Rendra berjalan di sisi kanan Adrian, tubuhnya tegap dalam setelan jas yang rapi. Tangan kirinya, ia masukkan ke dalam saku celana. Wajahnya tenang, nyaris tanpa ekspresi. Dari luar, siapapun yang melihat mungkin akan mengira ia hanya seorang mitra bisnis yang bersiap menghadiri rapat penting. Tapi, di balik ketenangan itu, ada makna lain yang Adrian Mahendra bisa tangkap dengan jelas. Adrian yang melangkah di sisi kiri itu mengalihkan tatapannya yang tajam ke Rendra, seperti mengamati setiap gerak-gerik Rendra. Ia tahu pria itu tidak datang ke rumah sakitnya hanya untuk urusan proyek. Rendra selalu datang dengan maksud tersembunyi, dan Adrian terlalu lama mengenalnya untuk tidak menyadari itu. Beberapa langkah berlalu dalam hening, hanya suara sepatu mereka yang terdengar bergema di sep

