Bab 212

1609 Kata

“Mas Adrian,” bisik Safira lirih. Suaranya hampir tak terdengar, seperti keluar dari tenggorokan yang terlalu lama menahan sesak. Ia melangkah mendekat, lalu membenamkan wajahnya di d.a.d.a Adrian. Tubuhnya bergetar halus, aroma sabun dan wangi jas Adrian yang dulu begitu akrab kini justru membuat dadanya semakin perih. Adrian terdiam sejenak, merasakan getar di tubuh perempuan itu, tetapi tidak ada kehangatan yang tersisa di dalam dirinya. Ia menarik napas dalam, menahan diri agar tidak terpancing oleh emosi yang sudah terlalu lama ia kubur. Dalam satu gerakan tenang, namun tegas, ia memegang bahu Safira dan mendorongnya perlahan menjauh. “Jangan sentuh aku, Safira,” ucapnya pelan, datar, tetapi tajam. Suaranya dingin dan nyaris tanpa getar, seperti orang yang sudah menghapus seluruh p

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN