Begitu Adrian sampai di tengah ballroom, ia langsung mencari sosok ayahnya. Dharma sedang berbicara dengan Wijaya di dekat meja tamu kehormatan, ditemani Ratna yang sesekali tersenyum pada tamu yang lewat. Begitu melihat Adrian mendekat, Dharma menghentikan pembicaraan dan menatap anaknya dengan dahi berkerut. “Ada apa, Adrian?” tanya Dharma dengan nada datar, tapi matanya meneliti wajah anaknya yang tampak kusut. Adrian berdiri tegak di hadapannya, tapi sorot matanya redup. Seolah sedang menahan sesuatu yang berat di dadanya. Ratna yang berdiri di samping Dharma ikut memperhatikan. Alisnya berkerut, ia melihat bagaimana rahang Adrian sedikit mengeras, seperti sedang menahan emosi. “Kenapa wajah kamu begitu, Nak?” tanyanya pelan. “Kamu habis berdebat sama siapa?” Adrian hanya menggeleng

