Sinar sore merambat masuk melalui celah tirai tipis, memantul lembut di dinding kamar. Udara di dalam kamar masih menyimpan sisa keheningan panjang—, yang lahir dari rasa lelah, amarah, sekaligus kerinduan yang tak pernah selesai. Laras membuka matanya lebih dulu. Tubuhnya terasa berat, namun nalurinya mendorongnya untuk bangun. Ia menoleh ke arah meja kecil di samping ranjang, jarum jam menunjukkan pukul 16.00. Mata Laras membesar seketika. “Ya Tuhan… udah sore,” gumamnya kaget. Napasnya tercekat, tubuhnya refleks bergerak untuk duduk tegak sambil menepuk pelan keningnya. Di sisinya, Adrian masih terlelap. Wajah dinginnya tampak lebih tenang saat tidur, meski bayangan lelah tetap menghiasi garis-garis di rahangnya. Sesaat Laras hanya menatapnya, ada getir sekaligus rindu yang menyesakk

