Bab 68

1843 Kata

Suasana ruang direksi masih kental dengan ketegangan. Udara seakan berat, seolah setiap partikel menahan napas setelah suara tamparan yang nyaring tadi. Adrian berdiri kaku, hanya sedikit menggeser rahangnya yang masih terasa perih. Ia tetap tegak, tanpa ekspresi, meski tatapannya menajam bagai baja yang menahan diri untuk tidak pecah. Dharma masih berdiri dengan wajah memerah karena marah. Safira di sudut ruangan mencengkeram jemari tangannya sendiri erat-erat, menunduk karena tak sanggup menatap kedua pria itu secara bergantian. “Baik,” suara Dharma kembali terdengar, kali ini lebih terkendali, meski tetap menekan. “Kalau kamu masih ingin menunjukkan sedikit rasa tanggung jawab, malam ini juga kalian ke rumah itu. Sekarang sudah sore, tapi tidak ada alasan untuk menunda lagi. Perjalana

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN