Derap langkah Safira terdengar tergesa menuruni tangga menuju basement hotel. Gaunnya terangkat sedikit saat ia berlari, kerudungnya pun hampir terlepas oleh angin dingin AC central yang berhembus kuat dari ventilasi. Nafasnya terengah, tapi tatapannya lurus, hanya tertuju pada satu sosok, yaitu Adrian. Adrian berjalan cepat dengan jas hitamnya yang sudah kusut akibat perkelahian di rooftop. Wajahnya tampak dingin, meski samar masih terlihat memar merah di pipi. Ia membuka kunci mobil hitamnya dengan remote, tapi belum sempat masuk, suara Safira menahan langkahnya. “Mas!” seru Safira lantang, suaranya bergetar menahan emosi. Gaun kremnya berdesir tertiup angin AC basement, kerudungnya sedikit bergeser ketika ia berlari mendekat. “Aku nggak akan biarin Mas pergi begitu aja!” Adrian berhe

