Kedua anak manusia itu sampai di parkiran rumah sakit. Selly segera turun dari boncengan, membiarkan Awan memarkirkan sepedanya di sana. Keduanya saling tersenyum saat tatapan bertemu. Tanpa malu lagi, Awan meraih tangan Selly. Menggandeng tangan itu dan melangkah memasuki teras rumah sakit. Sampai di depan pintu ruang rawat pak Rusdi, Selly mendorong pintu pelan. Lalu tersenyum saat tau di dalam masih ada Nisa dan Iqbal. Melepaskan genggaman tangan Awan, menjabat tangan Nisa dan Iqbal bergantian. Awan pun melakukan hal yang sama. “Maaf ya, bund, om, aku lama.” Ucapnya, merasa bersalah. “Aku tadi ketiduran di rumah.” Nisa tersenyum, mengelus lengan Selly yang berdiri di sampingnya. “Nggak apa. Kamu juga butuh istirahat.” Melirik Awan yang berdiri di depan ranjang pak Rusdi. “Kenapa b