Sudah terhitung dua hari pak Rusdi sadar. Keadaannya juga belum membaik, memang pemulihannya butuh waktu yang lumayan lama. Luka di kepala, terlebih ini luka di saraf. Kemungkinan untuk bisa sembuh total, itu sangatlah minim. Pak Rusdi menggeleng saat Selly kembali menyodorkan sesendok bubur di mulutnya. Membuat Selly menghela nafas dengan bibir yang sedikit manyun. “Pak, baru dua sendok. Masa’ udahan? Katanya pen cepet pulang? Kalo bapak makannya masih malas, berarti bapak belum sembuh.” Ngomel dia. Kembali kepala itu menggeleng kecil, lalu tangan kanannya bergerak. Memberi kode jika dia meminta minum. Selly meletakkan nampan di atas meja, mengambil gelas berisi air putih itu. Membantu bapaknya minum, lalu mengelap bibir pak Rusdi dengan tissu. Ceklek! Selly menoleh ketika mendengar