Awan menggenggam erat ponselnya, langsung menggeser tombol berwarna merah saat ada panggilan masuk dari papinya. Cepat ia menekan tombol off di sisi kanan, membiarkan ponsel itu mati. Memejamkan mata dalam, lalu menyentak nafas kasar dengan tangan menyugar rambut. ‘Selly, dia cewek. Dia bisa mandiri sejak dulu. Jadi, kanapa gue nggak bisa?’ ‘Pasti gue bisa. Gue bakalan buktiin kalo gue bisa hidup tanpa harus menengadah ke papi lagi.’ ‘Bukannya dari awal papi emang nggak pernah peduliin gue, kan? Jadi … buat apa gue mikirin itu perusahaan?’ ‘Kalo besok gue udah sarjana, pasti gue bisa sukses juga. Bukankah semuanya itu bisa diraih dengan niat yang yakin?’ ‘Ada Selly. Dia sekarang sedang nggak baik-baik aja. Dia butuh gue, masa’ iya Cuma karna harta, gue kudu ninggalin dia hadapi semua