Awan melirik pada punggung berlapis sweater biru yang menghilang di pintu. Lalu mendesah panjang menatap ke tiga teman-temannya yang sekarang mengelilingi. Hampir aja tadi pelukan, eh … gagal. Tapi memang keberuntungan dalam hidupnya adalah memiliki teman-teman seperti mereka. Andai nggak ada mereka, mungkin dia akan menjadi orang menyedihkan sedunia. “Eh, Ndung, lo tau … siapa yang udah lakuin ini?” tanya Mico, memperhatikan sisi perut Awan yang terdapat kain kasa, lalu ada bekas jahitan di samping kain kasa yang nempel di kulit perutnya itu. Luka lama saat dia bersama Yuna dulu. Awan hanya menggeleng lemas. “Malem, nggak keliatan mukanya.” “Cuma anak muda yang mabuk.” Sahut Pangeran. Yuda menatap Pangeran sedikit lebih serius. “Masuk penjara, kan?” “Kok kalian bisa tau?” tanya Awan