Selly menyetandarkan sepedanya di paling pinggir. Keadaan parkiran motor rumah sakit saat ini sudah penuh karena ini adalah jam besuk. “Nitip, Pak,” ucapnya ke pak parkir yang duduk di sana, lalu segera melangkah dengan sedikit berlari menaiki undakan kecil di lobby rumah sakit. Selly tak henti mengulas senyum selama berjalan menuju ke ruang rawat Awan. Membayangkan cowok ganteng itu sudah membuka mata dan bisa kembali sehat seperti sebelumnya. Cckk, moga aja dia nggak lagi ngeselin. Ya bisa aja sih, sifat ngeselinnya hilang bersama dengan banyaknya darah yang kemarin udah kebuang banyak itu. Di ranjang pesakitan sana, Awan menoleh. Menatap ke arah pintu yang terbuka dengan kedua mata sayunya. Gadis mungil yang sudah begitu lama mengganggu pikiran, membuatnya menjadi orang yang selalu