Ralika menatap botol obat yang entah fungsi obat ini untuk apa. Kedua bahu melemah dengan tatapan sedih. Lalu kedua mata terpejam mengingat seperti apa Langit menyayanginya. Haruskah kasih sayang itu ia balas dengan mencekik seperti yang dipinta mamanya? Sementara mamanya, sejak dulu memang hanya palsu belaka. Sampai dia sendiri nggak tau kalau ternyata dia adalah hasil dari zina mamanya dan lelaki itu. Tapi … jika dia nggak melakukan itu, bagaimana nasib Awan? Lalu … sama saja mamanya akan melakukan hal jahat itu ke Langit. Aaggh! Ralika menjatuhkan tubuh ke kasur, menatap langit-langit kamar dengan pikiran gundah. Andai boleh memilih, dia tak mau lahir dari wanita jahat seperti Merry. “Kak Awan, andai kakak baik sama aku, mau nerima aku. Pasti aku udah bantuin kakak sejak awal. Jika