Begitu sampai di dalam kamar, Selly langsung menyambar ponselnya yang berkedip di atas meja. Dengan cepat dia menggeser tombol berwarna hijau di layar itu. “Hallo, Wayang,” sapanya seraya menempelkan ponsel itu ke telinga. Terdengar suara desahan dari sebrang sana. “Wan, kamu kenapa nggak angkat telponku? Nggak hubungi aku balik, nggak bales chatku. Huufft … aku—” “Yaudah nikah sama laki lain sana!” suara judes, dan terdengar sangat kesal. Cckk, beneran kesel banget. Mendengar nada kesal itu, bibir Selly melengkung ke bawah. Dia mendudukkan pantatt di tepi tempat tidur. “Wan ….” “Lo pilih ninggalin gue, kan? Mau nikah sama Pasha yang hidupnya lebih lengkap, lebih sempurna dari gue. Dah sana, nikah aja!” Selly menggigit bibir, ada gumpalan kalimat yang kudu ia jelaskan. “Dengerin dul