Selly segera berdiri saat pintu kaca ruang operasi di buka. Berdiri dengan perasaan penuh khawatir dan tubuh yang gemetar ketakutan. “Cuma kamu keluarganya?” dokter lelaki itu menatap ke sekeliling memang sepi. Selly menunduk, menarik nafas dalam yang terasa sangat sulit. “Ii—iya, dok,” jawabnya gagu. “Op—operasinya, bagai—bagaimana?” Dokter menyentak nafas kasar. “Operasinya lancar. Sebentar lagi akan kami pindahkan ke ruang rawat.” Ada sebongkah batu yang terasa menghilang dari d**a. Selly menghela nafas penuh kelegaan mendengar apa yang dokter katakan. “Iya, terima kas … sih.” Di sudut yang berbeda, Pasha ikut menghela nafas lega. Dia memang hanya pergi berpindah tempat saja. Dia tak mungkin tega meninggalkan Selly sendirian menunggu Awan di rumah sakit sebesar ini. Kembali Pasha m