Selly melangkah lesu masuk ke dalam rumah, membiarkan Pasha melangkah menuju mobil tanpa mengantarnya. Begitu pintu triplek itu tertutup, tatapannya langsung terarah pada lampu di ruang depan yang masih berkedip, tadi belum sempat dibenerin. Kedua sudut bibirnya tertarik ke bawah, melengkung dengan wajah sedihnya. Selly melangkah lagi, menyibak gorden lalu mengamati kamar yang dulu menjadi kamar bapaknya. Bayangan pak Rusdi yang sering tidur miring pakai sarung kotak-kotak, lalu ada sendal biru yang sudah campur warna hitam di bawah ranjang. Lelaki itu bangun saat dia memanggilnya, tersenyum dan turun menyambut dia yang baru pulang dari bekerja. Tanpa terasa air matanya menetes begitu saja membasahi kedua pipi. Selly melangkah pergi, menuju ke dapur dengan tangan yang mulai sibuk berger