06 - ROMANTIC SONG HAN

1217 Kata
RSH.06 MARI KITA BERCERAI SAJA Hans Beufort TOK! TOK! TOK! Saat mataku masih terpejam dan terasa berat, samar-samar aku mendengar suara ketukan dari arah pintu utama rumah. Dengan perlahan aku membuka mataku. Terlihat televisi yang ada di ruang tengah masih menyala dan menontonku yang kini berbaring di atas sofa. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur dengan posisi tidak beraturan seperti ini. Namun saat mataku terbuka, aku sudah melihat cahaya matahari memasuki rumahku dari balik gordyn jendela yang sedikit terbuka. Sedangkan di lantai rumah yang ada di sekitarku, aku melihat ada beberapa botol alkohol berserakan dan tidak berisi lagi. Mendengar suara ketukan pintu yang tiada henti, membuatku yang baru saja bangun dengan segera memperbaiki posisi tubuhku. Ingin rasanya aku segera bangkit untuk membuka pintu dan melihat siapa yang ada di luar sana. Namun kepalaku yang kini masih terasa sakit, membuatku duduk diam beberapa saat di sofa dengan tubuh mematung. Dan saat aku merasa kesadaranku sudah terkumpul, aku pun bangkit dari sofa dan melangkah menuju pintu utama rumah. Namun sayang, baru saja aku berjalan beberapa langkah suara ketukan pintu itu hilang begitu saja. Apakah mungkin orang yang mengetuk pintu itu sudah pergi? Tidak ada lagi suara ketukan pintu dari luar rumah tidak membuatku menghentikan langkah. Aku yang hanya tinggal sendirian di rumah ini dan merasa sudah lama tidak kedatangan tamu, merasa penasaran dengan apa yang ada di luar sana. Sehingga aku tetap mengayunkan langkah dan membuka pintu rumah yang kini tidak berusara lagi. Dan sesuai dengan dugaaanku, saat pintu telah terbuka aku tidak melihat seorang pun berada di luar sana apalagi berdiri di depan pintu rumahku. Di dalam hati aku bertanya, siapa yang bertamu pagi buta seperti ini? Saat aku berbalik badan dan hendak menutup kembali pintu rumah, aku baru menyadari bahwa ada sebuah kardus berukuran sedang di hadapanku. Dengan segera aku membungkukan tubuhku, lalu mengambil kardus tersebut yang aku tidak ketahui siapa pengirimnya. Sambil melangkah menuju ruang tengah rumah di dalam hati aku kembali bertanya, siapa yang mengirim paket ini? Aku rasa aku tidak pernah memesan barang apa pun. Aku terdiam beberapa saat menatap kardus berukuran sedang yang kini ada di tanganku. Kemudian aku yang merasa penasaran dengan segera membukanya dengan perasaan tidak sabar. Aku membuka kardus tersebut dengan jantung yang berdegup cukup kencang. Seolah ada sesuatu hal yang akan membuatku terluka di dalamnya. Dan baru saja penutup kardus tersebut dibuka, aku langsung melihat sebuah amplop berukuran besar pada bagian atas isinya. Sedangkan pada bagian bawahnya aku melihat beberapa benda yang sangat aku kenal. Beberapa benda itu adalah boneka milik putriku Nessa Beufort, serta beberapa barang lainnya milik Natalie Scott yang pernah aku belikan untuknya. Melihat beberapa barang yang ada di dalam kardus tersebut kembali lagi padaku, membuat hatiku terasa sakit. "Kenapa semua barang yang pernah aku berikan ada di dalam kardus ini? Apakah orang yang mengirimnya adalah Natalie?" Aku bertanya pada diriku sendiri dengan suara rendah dan wajah kebingungan. Melihat beberapa benda yang pernah aku belikan untuk putri dan istriku kembali padaku, membuatku merasa penasaran dengan isi amplop yang kini ada di tanganku. Tanpa berpikir panjang, aku yang merasa penasaran dengan segera membukanya. Kemudian aku pun membaca beberapa lembar kertas yang ada di dalamnya yang membuat perasaanku sangat terluka. Tenyata lembaran kertas yang ada di tanganku ini adalah surat cerai yang dikirimkan oleh Natalie Scott. Dengan tangan yang gemetaran dan dadda yang terasa sesak aku berucap dalam hati, kenapa semua terjadi sangat tiba-tiba? Apakah Natalie tidak lagi mencintaiku? Apakah sangat mudah baginya untuk meninggalkanku dan melupakan semua kenangan yang pernah ada di antara kami berdua? Apakah ia tidak lagi menghargai pernikahan kami dan janji suci yang pernah kami ucapkan dulu? Saat aku tertegun dengan tubuh mematung sambil menatap surat cerai yang ada di tanganku, tiba-tiba ponsel yang ada di atas meja ruang tengah berbunyi. Dengan segera aku melangkah ke arah meja tersebut. Terlihat nama 'My Wife' muncul pada layar ponselku. Dan tanpa berpikir panjang, aku pun menyentuh layar ponselku lalu menyapanya yang ada di seberang telepon, "Hallo..." "Apa kamu sudah menerima paket yang telah aku kirimkan?" "Ya, aku telah menerimanya." "Jangan lupa membaca surat yang ada di dalamnya dan menandatanganinya." Aku terdiam beberapa saat sambil menetap beberapa lembar kertas yang masih ada di tanganku. Kemudian aku bertanya, "Apa kamu yakin dengan pilihanmu itu, Natalie?" "Ya. Aku yakin." "Lalu bagaimana dengan Nessa?" "Ia akan ikut denganku. Karena ikut denganmu tidak akan menjamin hidupnya. Kamu tidak memiliki banyak uang untuk memenuhi segala keinginannya. Kamu juga tidak akan mampu membiayai uang sekolahnya. Karena aku akan menyekolahkannya di sekolah terbaik di Paris ini. Aku ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuknya." Aku kembali terdiam mendengar ucapan Natalie Scott yang cukup panjang itu. Apa yang baru saja ia katakan benar, bahwa aku tidak akan sanggup memenuhi segala keinginan putriku yang mewarisi sifat Natalie Scott yang menyukai barang bagus. Aku yang merupakan orang biasa juga tidak akan mampu membiayai sekolahnya yang sangat mahal di sekolah ternama di Paris. Namun sebagain seorang suami dan ayah, aku tidak ingin berpisah dengan keluargaku. Apakah aku harus memohon pada Natalie Scott agar ia tidak meninggalkan aku? "Bagaimana Hans? Apa kamu sudah menandatanganinya? Jika sudah, aku akan meminta supirku untuk menjemput kembali surat itu. Karena jika diselesaikan lebih cepat, itu akan jadi lebih baik." Aku tersenyum miring mendengar ucapan Natalie Scott yang penuh semangat itu. Kemudian aku bertanya, "Kenapa kamu begitu semangat untuk mengurus perceraian, Natalie? Apa sudah ada pengganti diriku?" "Tidak." "Jika tidak ada penggantiku, kenapa kamu begitu bersemangat untuk berpisah? Bukankah dari dulu kita sudah berjanji tidak akan saling meninggalkan? Kenapa sekarang kamu mengingkari janji itu?" "Aku sudah muak hidup denganmu, Hans. Jadi mari kita bercerai saja." "Kenapa kamu sangat ingin berpisah dariku, Natalie? Apa aku melakukan kesalahan? Apa aku telah menyakiti perasaanmu?" Natalie Scott terdiam beberapa saat lalu menjawab, "Kamu tidak menyakiti perasaanku. Tapi kamu telah melakukan kesalahan yang membuatku sudah tidak ingin lagi bersamammu." "Kamu tidak bisa mengambil keputusan begitu saja. Kamu harus memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya terhadap putri kita Nessa." "Aku sudah memikirkannya. Kamu tidak usah khawatir. Aku dan keluargaku sudah mempersiapkan semuanya untuk Nessa. Yang pastinya yang terbaik untuknya. Jadi kamu tidak perlu merasa khawatir." Aku kembali terdiam mendengar ucapan wanita yang masih menjadi istriku itu. Dari gaya bicaranya yang tanpa ragu, aku merasa ia sudah mempersiapkan semuanya dari jauh-jauh hari. Dan mungkin saja sejak sebelum ia pergi dari rumah ini tanpa berpamitan padaku. Apakah mungkin cinta di hatinya benar-benar telah hilang untukku? Aku menarik nafas dalam berusaha untuk menenangkan diriku sendiri. Kamudian aku yang masih berharap Natalie Scott berubah pikiran pun bersuara, "Ini untuk terakhir kalinya aku bertanya, Natalie. Apakah kamu sudah yakin ingin berpisah dariku?" "Ya, aku yakin." Natalie Scott yang ada di seberang telepon menjawab dengan pasti. Mendengar jawaban pasti darinya yang ada di seberang telepon, membuatku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ingin rasanya aku membujuknya untuk tetap mempertahankan rumah tangga ini. Namun aku rasa itu sangat percuma. Karena ia sudah terlihat mantap dengan pilihannya yang ingin mengakhiri semua. Jika ia sudah tidak tahan dan tidak ingin lagi berada di sisiku, aku tidak memiliki hak untuk memaksanya tetap bersamaku. Sehingga aku memutuskan untuk menyetujui perceraian ini jika memang itu yang membuatnya merasa bahagia. Karena aku tahu, cinta tidak bisa dipaksakan. "Baiklah. Jika berpisah dapat membuatmu merasa senang dan tenang, aku akan mengabulkannya. Mari kita bercerai saja." Aku berkata dengan suara rendah dan mata yang terasa panas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN