Setelah selamat dari event pengujian kenaikan level sebelumnya sama sekali belum jadi alasan untuk merasa senang. Kalau pada akhirnya mereka harus mengakhiri hidup dengan tubuh yang memiliki kondisi gepeng di event pengujian kenaikan level yang kali ini.
Young Soo yang memimpin perjalanan dalam usaha untuk menyelamatkan diri mereka berdua berkata, “Sekarang kita harus menemukan tanah lapang. Berada di dekat bangunan atau reruntuhan bangunan sama sekali tidak akan terasa aman untuk kita berdua. Perhatikanlah sekelilingmu!” perintahnya.
“Di mana ada yang seperti yang kau ucapkan di sekitar sini? Jalannya sempit. Tidak begitu luas. Para bangunannya pun berdiri cukup padat,” sahut Luke.
“Iya memang seperti itu, Mister Luke,” respon Young Soo merasa sedikit kesal karena pertanyaan yang rekan perjalanan barunya ajukan. Kalau seperti itu sih lebih baik ia segera mati saja juga, lah. Eh, ralat, tidak, deng. Young Soo berkata lagi, “Itu kenapa aku memintamu untuk memasang kedua bola matamu dengan baik. Agar kita tidak sampai kelewatan sesuatu yang ‘sulit dicari’ itu.”
Luke menggaruk-garuk bagian belakang dari kepalanya. Sruuk sruuk sruuk. Menyahut, “Iya, iya, iya. Aku minta maaf karena telat berpikir.”
Tak lama setelah anak muda lelaki kaukasia itu mengucapkannya. Tanpa ia sadari sebuah bongkahan batu besar yang berasal dari reruntuhan sebuah gedung yang siap runtuh. Tengah mengarah dalam kecepatan yang luar biasa ke arah tubuhnya.
Young Soo yang menyadari soal hal itu. Akankah memutuskan untuk diam dan membiarkan orang yang hanya akan jadi beban pemberat jalan itu mati. Atau… langsung ia jegal kaki Luke yang membuat tubuhnya terjatuh ke tanah. Druukk.
Luke sangat terkejut saat mengalami hal itu. Maka ia segera menyesuaikan posisi dan membalik tubuh. Ia saksikan dengan kedua bola mata kepalanya sendiri. Bagaimana saat itu satu telapak tangan Young Soo menahan gerakan batu besar itu. Sementara satu telapak tangan yang lain melakukan gerakan seperti sedang menghalau untuk mengubah arah jatuh reruntuhan tersebut ke tempat lain. BRUUAAKKH!!! Batu itu jadi melesat cepat. Dan berhasil terlontar ke sudut jalan.
“H, H, H, Haaaaah…?” Luke hanya bisa melongo tak percaya menyaksikan apa yang baru saja rekan perjalanan barunya lakukan.
Young Soo langsung menarik lagi pergelangan tangan pemuda bule bertampang menyebalkan itu agar ia kembali berlari. “Bisa tidak sih kau hentikan kebiasaan melongomu itu di situasi seperti ini? Untuk saat seperti ini sana. Kalau nanti kita semua sudah bisa berjalan dengan santai nah barulah kau boleh bengong seperti orangbodoh sepuas yang kau inginkan,” ia bertanya sambil mengomel.
“Aku minta maaf,” jawab Luke singkat, padat, jelas, dan langsung ke inti. Ia sama sekali tidak akan berusaha untuk menyanggah apa yang anak muda Asia Timur itu tudingkan padanya. Karena saat itu saja dadanya masih berdegub dengan kencang. Di kala mengingat apa yang sudah ia saksikan baru saja.
Ia bertanya-tanya, apa yang sudah anak muda laki-laki bernama Young Soo itu lakukan tadi? Mengapa tampaknya ada banyak orang di antara mereka semua. Yang memiliki informasi yang tak ia ketahui? Dan lagi jika semua orang memiliki kemampuan yang sama. Bukankah seharusnya tak ada yang mati…?
Apa sih yang sebenarnya terjadi? Informasi besar macam apa yang membuat seorang Luke Acacius Lachlan bisa merasa tertinggal beberapa “tahun” dari para leveler yang lain di sana.
“Hhahh…”
Akhirnya mereka berdua terus saja berlari sampai ke bagian kota yang benar-benar sepi. Semua leveler sepertinya sudah terpisah cukup jauh dan berakhir hanya bersama rekan satu tim mereka. Saat itu Luke maupun Young Soo tak melihat seorang manusia pun lagi di sekitar sana. Frekuensi getaran gempa di tempat itu juga sudah mereda. Membuat tak ada lagi guyuran batu dari angkasa.
“HAAAKKH… HAAAKKH… HAAAKKH… HAAAKKH… HAAAKKH… HAAAKKH… HAAAKKH…” Nafas Young Soo jadi berhembus dengan begitu berat dan tersengal-sengalnya sambil ia membungkuk memegangi kedua belah tempurung lutut. Keringat tampak mengalir deras dari sekujur tubuhnya. terutama di bagian wajah yang bulir keringatnya bisa terlihat sampai sebesar satu buah beras sampai satu buah biji jeruk. Sebenarnya Luke juga tidak jauh dengan Young Soo. Tapi, karena ia sudah terbiasa untuk bekerja keras dalam olah tubuh. Mungkin beban yang mereka berdua alami tidak akan sama. Apa yang pemuda bertubuh “cantik” seperti Young Soo rasakan… entahlah. Ia tidak tau.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Luke hendak menyentuh punggung Young Soo dengan tatapan dan intonasi suara yang khawatir.
Young Soo langsung menampik uluran tangan Luke. Plaak. “Jangan sentuh… aku!” responnya dengan suara yang terdengar begitu lirih. Bruukh. Sebelum tubuh anak muda laki-laki Asia Timur itu terjatuh ke tanah.
Luke berusaha untuk tetap bersikap tenang. Ia berusaha untuk membawa tubuh dengan kesadaran tipis Young Soo ke tempat yang lebih terlindung dari pancaran sinar matahari yang terasa semakin membakar.
“Kita tidak dapat perintah apa pun mengenai bagaimana cara menyelesaikan event pengujian kenaikan level ini,” ucap Luke menatap ke kejauhan. Sepanjang mata memandang hanya ada “kekosongan” yang sangat kering serta hampa. Ditambah mereka tidak tau apa lagi yang akan terjadi setelah ini. Luke menjatuhkan punggungnya yang tersender ke sebuah pilar beton. Sleet. “Bagaimana cara kita bisa keluar dari situasi ini…?” tanyanya nyaris putus asa. Sembari menatap tanah berdebu yang kering kerontang.
“…”
Karena tak ada respon dari orang di belakangnya. Luke pun menoleh ke arah Young Soo yang kini berada dalam posisi tiduran. Ia hampiri pemuda itu. Ia luruskan tubuhnya agar bisa memperlancar aliran darah dan membuat tubuh merasa jauh lebih baik.
“Uhmm…”
“Apa kau lebih baik dalam posisi ini?” tanya Luke. Ia berkata lagi, “Beristirahatlah dengan nyaman. Sejauh ini aku masih belum punya ide bagaimana cara untuk kita agar bisa…”
Zreet. Young Soo menarik pakaian Luke. “Aku haus… sangat haus… sampai seperti ingin mati rasanya,” ia merintih. Satu tangannya menarik lagi ujung pakaian Luke yang lain. “Beri aku air… aku mohon… beri aku a…” ucapannya sampai terpotong karena terlalu lemas.
Ia tidak main-main dengan yang ia ucapkan. Ia pasti sedang sangat membutuhkan cairan.
Glek. Mungkin Luke dan Young Soo memang sama-sama tidak meminum air sama sekali sejak event pengujian kenaikan level yang sebelumnya dimulai. Tapi, lokasi tempat di mana ujian mereka diadakan sangat sangat jauh berbeda. Young Soo dan rekannya yang kurang beruntung itu mendapat medan pengujian kenaikan level di suatu padang gurun pasir yang pasti jauh lebih kering kerontang dan panas ketimbang ini medan pengujian kenaikan level yang kali ini. Sementara ia sendiri dan rekan perjalanannya yang kurang beruntung yaitu Seth di suatu hutan hujan tropis. Ia dan Seth sudah “dimanjakan” kebutuhan cairan tubuhnya. Dengan malah akan mendapat kucuran air gratis dari angkasa kalau tidak saling bercakap-cakap. Sementara Young Soo dan rekannya (yang kurang beruntung itu) hanya akan mendapat amukan serta gempuran badai pasir di gurun.
Event pengujian kenaikan level yang mereka lalui memang sedikit tidak apple to apple jika harus dibandingkan. Itu pula (mungkin) yang membuat kondisi Luke jauh jauh jauh lebih baik ketimbang pemuda Asia Timur itu.
Mungkin Young Soo memang berkata bahwa ia hanya akan langsung meninggalkan rekan yang memberatkannya dalam perjalanan. Namun, yang terjadi kenyataan malah ia yang sudah menyelamatkannya saat sudah sangat putus asa dan nyaris mati tadi.
Luke tidak boleh membiarkan rekan seperjuangannya mati lagi karena dirinya! Karna kelemahannya. Tidak boleh sama sekali! Atau ia akan mengalami rasa sakit saat kehilangan Seth di saat pertama lagi dan lagi.
Sama sekali tidak boleh jika harus sampai terulang lagi…
+++++++
Bagaimana menurut Anda?
"Mampukah Luke menemukan apa yang ia harapkan untuk menyelamatkan sang teman baru? Demi semangat yang telah masa lalunya berikan. Ia harus terus bertahan dengan kekuatan di tubuh dan pikiran.
“Apa tujuan dari semua kejadian yang tengah menimpa ratusan... tidak, tentu saja tidak, tapi ribuan manusia yang dipaksa untuk berubah menjadi seorang pejuang bernama leveler itu? Misteri apa yang sebenarnya tersimpan di alam semesta? Yang pastinya belum sempat digali semua oleh para manusia..."