Flora terus melangkahkan kakinya, tak peduli setiap orang yang berpapasan dengannya menatapnya penuh iri. Tak jarang dari mereka ada yang berbisik-bisik, memuji, atau sekedar mengagumi perlakuan Sakti padanya yang dinilai tak kalah romantis dari adegan drama percintaan di televisi. Sakti mencari bangku kecil yang tersedia di pelataran kanan dekat tempat parkir. Ada banyak sekali penjual gerobak yang datang saat jam istirahat di sana. "Kamu duduk sini ya." Sakti membersihkan bangku kayu itu menggunakan sapu tangannya, lalu mempersilakan istrinya duduk. "Rokmu kependekan," cetus pria itu lagi, melepas jasnya dan menyampirkan di pangkuan Flora. Flora mencebik. Baju yang dipakainya itu panjangnya lima centi di bawah lutut, tapi masuk dalam daftar protes suaminya. "Aku ke sana dulu ya," p