"Sebentar lagi ayah dan ibumu akan datang, jadi jangan menangis lagi ya." Sakti terus mengusap kepala Eric. "Ya Ayah." Sakti tertawa. Apakah sebahagia ini rasanya dipanggil ayah? Jantungnya berdegup tak beraturan, juga perasaan damai yang belum pernah ia rasakan selama ini meskipun rasa takut lebih mendominasi. Pria itu pun berulang kali mengecup kening Eric. "Dia sangat menggemaskan," cetus Flora. "Iya, seandainya saja aku bisa membawanya pulang." "Dan kamu akan masuk penjara Kak karena telah membawa anak orang," kekeh Flora. "Kalau begitu, ayo cepat kita menikah. Kita akan saling berbagi, dan membuat anak-anak yang lucu. Satu yang mirip denganku, dan dua anak yang mirip denganmu." "Di waktu yang tepat, tapi aku nggak mau melanggar aturan pemerintah. Dua anak cukup," sahut Flora.