Pelengkap Kebahagiaan

1908 Kata

Flora membekap mulutnya ketika lagi-lagi perutnya serasa diaduk, dan berlari menuju kamar mandi. "Hoek ... Hoek ..." Sama sekali tak ada yang keluar dari mulutnya selain hanya angin. Wanita itu tertunduk lesu di depan wastafel sambil memijit pelipisnya. "Sayang." Sakti yang panik pun berlari menyusul istrinya. Mereka sedang makan malam bersama, dan bau ayam bakar madu yang biasanya enak menurut Flora, menjadi seperti bau busuk yang membuatnya mual. "Kasih dia minum teh madu ini Sayang, semoga bisa mengurangi rasa mualnya." Tania datang, menyodorkan secangkir minuman keruh berwarna kecokelatan yang masih menguapkan asap panas. "Minum dulu Sayang, suhunya udah hangat kok, udah bisa diminum," ujar Sakti, membantu istrinya minum. "Udah mendingan?" Tania yang ikut panik menyeka peluh di

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN