Gumpalan awan seputih kapas berarak menyambut kedatangan penguasa langit. Kemilau keemasan nampak anggun menyapa di ufuk timur. Sakti mengucek matanya pelan saat merasakan sesuatu menusuk-nusuk pipinya. Pria itu terperanjat saat wajah cantik istrinya berubah menyeramkan, memenuhi pandangannya. "Say ... Sayang ..." Perasaan Sakti menjadi tak enak. "Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi," omel Flora. "Lho, bukannya semalam kita udah baikan ya?" "Siapa bilang? Mas ngapain tidur di sini? Turun!" Hampir saja jantung Sakti melompat dari tempatnya ketika mendengar istrinya berbicara dengan nada suara tinggi. "Kan semalam kamu yang nyuruh aku buat tidur di sini," ujar Sakti membela diri. "Kapan? Jelas-jelas aku sedang marah padamu jadi buat apa aku nyuruh kamu tidur di sini, Mas." A