Vita mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, tapi tetap tak ia temukan pria yang semalaman menerkamnya tanpa ampun. Ia lantas mengayunkan kakinya menuju balkon, berharap pria itu ada di sana, dan benar saja, ternyata Fatih tengah berdiri dengan ponsel di telinganya. "Ya, tentu. Akan aku usahakan. Vita belum bangun dan aku perlu membicarakan soal ini dengannya terlebih dulu," kata Fatih pada lawan bicaranya di seberang sana. Vita berjalan mengendap, lalu saat tak ada lagi jarak diantara mereka, ia melingkarkan tangannya di perut Fatih. "Mas, aku cariin malah di sini, mandi dulu," ucapnya setengah berbisik. Fatih mengusap tangan istrinya, menjauhkan benda pipih yang saat ini menempel di telinganya. "Sebentar Sayang." Mengecup kening Vita dan kembali menyahuti si penelepon. "