Flora terus berusaha mengingat nomor ponsel Sakti. Dia tak bisa menghubungi kekasihnya, dan Flora yakin, Sakti sekarang pasti tengah mencemaskannya. Katakanlah dia bodoh karena untuk mengingat nomor kekasihnya saja tidak bisa, tapi itulah kenyataannya. Flora merasa dirinya benar-benar payah. Lamunan gadis itu buyar ketika dia mendengar derap langkah yang semakin dekat. Benar saja dugaannya karena tak lama setelahnya, pintu terbuka. "Ada apa Mas? Kamu kelihatan gugup gitu?" Tanya Flora, panik melihat raut wajah Fatih, seperti orang ketakutan. "Bersiaplah, kita akan segera pulang," cetus Fatih. "Pulang? Pulang ke mana?" "Bukan saatnya untuk bertanya. Sebaiknya cepat kamu bersiap." Fatih menyambar beberapa barang. "Bi Sri, bereskan semua barang-barang kalian!" "Ya Tuan." Sri tak tahu