Nana meradang karena mulut pedas Bulik Lastri yang malah menuduh Faqih menggunakan pelet dan membuat Nana seperti orang bego. Bagi Nana, Faqih tetaplah yang terbaik. Dia tidak suka Faqih dihina demikian. Cinta, tai kambing rasa coklat. “Bulik, ini rumah Nana. Dan rumah ini, atas nama Nana. Jadi, yang punya hak penuh di rumah ini Nana, bukan punya Ibu atau Ayah. Jadi, sekarang, Bulik bawa Nenek pulang dulu. Nanti baru kita bicara lagi setelah urusan ini selesai.” Nana menatap ke arah Bulik Lastri dengan tatapan kesal. Bulik Lastri juga membalas tatapan keponakan kesayangannya itu tidak kalah kesal. Tapi, dia segera membuang muka, mengingat Nana yang sering sekali memberikan uang padanya dan tidak pernah menolak saat diminta. Bulik Lastri terdiam, karena tidak mau kehilangan sumber uangnya.