Tentang Steve dan Cerita Hidupnya

1037 Kata
Mirabell tak bisa melepaskan pandangannya pada lelaki yang tengah terbaring di barami dan belum menunjukkan tanda-tanda sadar. Gadis itu tampak khawatir dengan keadaan Steve. Sudah hampir berjam-jam dia duduk sambil terus memandangi Steve dengan pandangan kosong. Bernald yang melihat Mirabell tak beranjak dari tempat duduknya sejak tadi berjalan mendekatinya. Lelaki itu membawa cangkir dari bambu yang berisi Klio, semacam minuman hangat dengan rasa yang manis. Felix, Reynald dan Edmund sudah kembali. Felix dan Reynald langsung menemui ketua untuk menceritakan apa yang terjadi. Sementara Edmund tengah memasak di dapur sekarang. Ketiganya kembali dengan selamat semalam, mereka berhasil mengatasi pasukan Hezelbrian. “Dia akan baik-baik saja,” gumam Bernald lalu duduk di samping Mirabell. Mirabell melirik ke arah Bernald yang tengah menyodorkan cangkir padanya. Gadis itu mengambil cangkir dari tangan Bernald. “Minumlah, kau belum makan dan minum apa-apa sejak semalam,” gumam Bernald. Saat ini Mirabell malas sekali untuk makan dan minum namun gadis itu harus tetap memberi asupan pada tubuhnya. Dia meminum Klio pemberian Bernald, rasa manis langsung memenuhi tenggorokannya. Minuman ini rasanya seperti cokelat hangat yang biasa dia beli di kafe kesukaannya. “Makasih,” gumam Mirabell pada Bernald. “Sama-sama,” kata Bernald sambil menyunggingkan senyumnya. “Apa dia baik-baik saja? Kenapa sampai sekarang dia belum bangun?” tukas Mirabell dengan rasa khawatir. “Kau harus sabar Mirabell, Steve pasti akan bangun. Dia sedang memulihkan tubuhnya saja. Di akan kembali normal dalam tiga hari,” tukas Bernald menenangkan Mirabell. “Hah tiga hari? Jadi dia akan pingsan kayak gini selama 3 hari?” tukas Mirabell kaget. Bernald mengangguk. “Kau tidak usah khawatir Mirabell, Steve pasti akan kembali,” gumam Bernald. Apa benar dia akan baik-baik saja? Mirabell merasa tidak yakin, namun gadis itu hanya bisa mempercayai ucapan Bernald. “Apa kau menyukai, Steve?” Uhuk! Pertanyaan mendadak Bernald membuat gadis itu tersedak. Rasa panas dan manis kini memenuhi tenggorokannya. Gadis itu terbatuk dan menekan dadanya. “Aduh, maaf aku tidak sengaja,” gumam Bernald. Sepertinya dia bertanya pada Mirabell di saat yang tidak tepat. Gadis itu baru saja meminum kilo pemberian Bernald ketika laki-laki itu menanyakannya. Mirabell mencubit tangan Bernald hingga lelaki itu mengaduh kesakitan ,”Sakit, Mirabell,” gumam Bernald. "Kalian ini benar-benar lucu," Edmund ikut menertawakan Bernald dan Mirabell yang tengah bertengkar. Mereka berdua benar-benar cocok. Meski kadang bertengkar tapi Bernald menganggap Mirabell sebagai kakaknya sendiri. Lelaki itu pernah kehilangan seorang kakak, dia hanya sering mendengar cerita dari ibunya. Kakaknya hilang saat terjadi peperangan di Quantrum Tetranum. Bernald dan kakaknya adalah saudara kembar, bedanya Bernald laki-laki dan kakaknya perempuan. Mereka hanya terpaut beberapa jam saja sebelum melihat dunia ini. Semenjak kakaknya hilang Bernald selalu berharap bahwa kakaknya akan kembali ke Quantrum agar suatu saat nanti. Karena itu setiap ada yang datang kemari Bernald selalu berusaha mendekatinya dengan harapan bahwa dia akan menemukan kakaknya suatu hari nanti. "Edmund, bantu aku. Mirabell terus saja memukuliku," gumam Bernald mengadu pada Edmund. "Kau yang membuatku tersedak. Ini balasan buatmu." tukas Mirabell tak mau disalahkan. "Edmund bantu aku! Sakit sekali, Mirabell," gumam Bernald mencoba mencari bala. Namun Edmund tampak tak acuh. Tangannya sibuk membuat adonan. Dia tak ingin terlibat dengan pertengkaran kekanak-kanakan mereka. "Kalian selesaikan sendiri," gumam Edmund tak peduli. Alhasil Bernald semakin banyak mendapat cubit dari Mirabell. Meskipun begitu Bernald tidak mau melawan. Dia pantang menyakiti seorang perempuan jadi dia hanya diam saja menerima cubitan dari Mirabell hingga gadis itu berhenti sendiri. Edmund hanya bisa geleng-geleng kepala. Melihat Mirabell sekarang dia seperti sosok kakak Bernald yang hilang. Mungkin akan lebih bahagia jika Mirabell dapat tinggal di sini selamanya. "Apa Hezelbrian dan Steve pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Mirabell. Keduanya terlihat seperti kenal lama saat pertama kali bertemu. Itu membuat Mirabell penasaran. "Iya. Steve yang menyelamatkan Hezelbrian saat dia mau bunuh diri. Tapi lelaki itu jauh berbeda dari yang kau lihat tadi," tukas Bernald. "Dia bahkan bersedia menolong Hezelbrian padahal ayahnya yang membunuh kekasih Steve," gumam Bernald. Mirabell menatap Steve dengan tatapan iba, "Apa Steve benar-benar tidak punya orang tua?" Tanya Mirabell. Bernald mengangguk. "Sebenarnya bukan gak punya. Punya tapi orang tuanya meninggal dalam peperangan penduduk Quantrum Tetranum dan Dandrum." Tukas Bernald. "Lalu bagaimana denganmu?" Tanya Mirabell. Dia ingin tahu banyak tentang mereka. Setidaknya selama di Quantrum Tetranum, Bernald dan teman-temannya yang menjaganya jadi dia ingin mengenal mereka lebih jauh.  "Aku punya. Felix juga punya, Edmund juga. Reynald hanya punya ibu saja." terang Bernald. Mirabell mengangguk - angguk kecil. "Aku punya seorang kakak, kata ibuku. Tapi hilang saat aku masih kecil. Itu kenapa setiap ada orang asing yang datang kemari aku bersikap aneh dan mendekatinya. Aku pikir suatu saat aku akan bertemu dengan kakakku," tukas Bernald. Mirabell menepuk pundak Bernald, "Aku turut sedih. Semoga kau lekas bertemu dengan kakakmu, Bernald." Gumam Mirabell tulus mendoakan Bernald. "Kenapa tidak kau saja yang jadi kakakku, Mirabell," gumam Bernald dengan mata berkilau seperti anak kecil.  "Kenapa aku harus jadi kakakmu?" "Entah ini perasaanku saja atau memang benar, kau seperti kakakku," gumam Bernald. "Ngaco kamu. Hahhaha. Mana mungkin aku kakakmu, aku punya keluarga nan jauh di sana, Bernald," gumam Mirabell yang cukup membuat hati Bernald patah. "Tapi kalau kau mau jadi adikku gapapa, tapi aku gak bisa selamanya tinggal di sini," gumam Mirabell. Wajah Bernald yang tadinya ditekuk kini tersenyum. "Makasih, Mirabell," gumam Bernald senang. Edmund tersenyum dari kejauhan. See? Mereka baru beberapa menit yang lalu berantem seperti anak kecil kini sudah baikan kembali. "Apa kau benar-benar menyukainya, Mirabell?" tanya Bernald lagi. Mirabell tidak bisa mengelak. Sikapnya selama ini pada Steve tentu membuat semua orang tahu bahwa dia menyukai lelaki ini. Begitu juga dengan Steve. Namun keduanya masih berhati-hati. Mirabell sadar ini bukan waktunya jatuh cinta. Namun dia tak bisa menolak debaran di jantungnya. Dia tidak bisa bohong bahwa dia menyukai laki-laki itu.  "Apa gak papa kalau aku menyukainya?" gumam Mirabell dengan tatapan datar. "Tentu saja," gumam Bernald dengan tatapan yang penuh dukungan pada Mirabell. Gadis itu menarik napas lega. "Syukurlah." Mirabell tersenyum tipis. Bernald menarik napas lega sebelum mengatakan sesuatu, "Tapi kau harus memilih antara Steve atau keluargamu Mirabell," gumam Bernald dengan berat. "Maksudnya?" tanya Mirabell tak mengerti. Bernald menarik napasnya lagi. Cinta Mirabell kepada Steve tidak akan semudah itu. Ini baru permulaan dan mereka mungkin tidak akan bisa bertahan. "Kau harus tinggal di Quantrum Tetranum selamanya jika mencintainya," gumam Bernald.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN